Newsletter

Ada Harapan! Wall Street Bangkit, IHSG Bakal Mengikuti?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
25 January 2022 06:15
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - IHSG mengawali pekan dengan kelam setelah ambles satu persen pada sesi perdagangan kemarin. Sementara itu, rupiah melemah tipis di tengah peningkatan kasus virus Corona (Covid-19) di RI dan jelang pertemuan The Fed.

Indeks bursa saham acuan nasional tersebut ditutup ambles 1,06% ke level 6.655,166. Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG diperdagangkan di zona merah dan terus mengalami pelemahan dari awal sesi I hingga penutupan perdagangan.

Walaupun anjlok, investor asing tercatat membeli bersih (net buy) sebesar Rp 27,21 miliar di pasar reguler. Tetapi di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat menjual bersih (net sell) sebesar Rp 33,38 miliar.

Dari global, bursa saham AS, Wall Street mengalami minggu terburuk sejak pandemi virus Corona menyerang negeri Paman Sam. Tiga indeks saham Wall Street kembali anjlok signifikan.

Indeks Dow Jones drop 4,58%, kemudian indeks S&P 500 turun 5,68%. Paling parah, Nasdaq Composite yang terjungkal dengan koreksi 7,55% dalam sepekan.

Masih terkoreksinya bursa saham Negeri Paman Sam pada Jumat pekan lalu membuat beberapa bursa Asia kembali terkoreksi pada Senin (24/1/2022), termasuk IHSG.

Hanya indeks Nikkei Jepang dan Shanghai Composite China yang bergerak di zona hijau. Nikkei menguat 0,24%, sedangkan Shanghai naik tipis 0,04%.

Pada pekan ini, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menggelar rapat komite pengambil kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC), tepatnya pada 25-26 Januari 2022.

Dengan inflasi di AS yang terus membandel, pasar memperkirakan The Fed bakal agresif dalam mengetatkan kebijakan moneternya.

The Fed diperkirakan bakal menaikkan suku bunga acuan 4-5 kali di tahun 2022. Setelah itu bank sentral AS juga diprediksi akan menempuh kebijakan moneter kontraktif dengan mereduksi ukuran neracanya (balance sheet).

Selain sentimen-sentimen di atas, perkembangan pandemi Covid-19 juga menjadi cermatan investor pada hari ini. Semua disebabkan karena meluasnya infeksi varian baru Covid-19 Omicron.

Sementara, rupiah ditutup melemah 5 poin atau 0,03% menjadi Rp 14.340/US$ pada Senin kemarin, dari penutupan perdagangan Jumat pekan lalu.

Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Senin (24/1/2022), di tengah peningkatan kasus virus Corona (Covid-19) di global maupun di Indonesia dan jelang rapat komite pengambil kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC), yang akan dilaksanakan pada 25-26 Januari 2022.

Mayoritas investor memburu obligasi pemerintah pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil atau yield. Hanya SBN bertenor satu tahun, 15 tahun, dan 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield dan pelemahan harga.

Tiga indeks utama bursa saham AS atau Wall Street kompak bangkit pada perdagangan awal pekan ini.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada pembukaan perdagangan Senin (24/1/2022) dan menyentuh posisi terendah sejak tahun lalu.

Indeks Dow Jones ditutup di 34.364,5, naik 0,29%. Kemudian indeks S&P 500 naik 0,28% menjadi 4.400. Lalu, Nasdaq Composite yang terungkit dengan kenaikan 0,63% menjadi 13.855.1.

Kejatuhan pada minggu lalu dimaknai sebagai peluang oleh para investor karena harga dianggap sudah murah. Akhirnya terjadi pembelian yang mendorong indeks ke wilayah positif.

"Saya tidak akan terkejut jika hari ini adalah titik terendah untuk rata-rata utama," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi CFRA Research di New York.

Sentimen positif lainnya bagi Wall Street adalah musim laporan keuangan yang sejauh ni berjalan cukup memuaskan. Dari 65 perusahaan yang sudah merilis laporan keuangannya di S&P 500, 77% memiliki kinerja yang melampaui ekspektasi.

Sementara itu investor fokus pada rapat komite pengambil kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC), yang akan dilaksanakan pada 25-26 Januari 2022. Pernyataan dari ketua Jerome Powell paling dinanti karena diharapkan memberi petunjuk mengenai kapan kenaikan suku bunga The Fed dilakukan.

"Saya pikir investor terlalu berasumsi tentang sikap The Fed yang sangat hawkish. Memang, inflasi tinggi dan kemungkinan akan meningkat sebelum mulai menurun. Secara khusus kami melihat CPI utama mencapai 7,3% untuk Januari dan Februari, tetapi kemudian turun menjadi 3,5% pada akhir tahun," kata Stovall.

Bangkitnya bursa indeks saham AS di perdagangan kemarin jadi angin segar bagi IHSG. Pasalnya, bursa saham AS dijadikan kiblat pasar keuangan dunia. Sehingga saat bursa AS menguat, ada potensi menular ke bursa Asia termasuk IHSG.

Sentimen lain datang dari rapat The Fed mengenai kebijakan moneter yang bakal diumumkan pada Rabu (26/1/2022) waktu setempat. Investor mencemaskan tentang berapa kali suku bunga akan dinaikkan oleh The Fed tahun ini dan kapan kenaikan akan dimulai.

Goldman Sachs memproyeksikan kenaikan sebanyak 4 kali tahun ini. Namun, bank investasi ini melihat ada risiko bahwa kenaikan suku bunga akan lebih banyak dari itu karena lonjakan inflasi.

Kenaikan suku bunga di AS bisa berdampak pada aliran dana asing yang keluar dari Indonesia. Diperkirakan akan ada sedikit goncangan di pasar keuangan Indonesia. Walaupun tidak separah yang terjadi pada tahun 2013, karena fundamental ekonomi Indonesia yang lebih kuat.

Maka dari itu investor diperkirakan akan bersikap wait and see menunggu pertemuan The Fed selesai untuk mendapatkan sinyal agenda kenaikan suku bunga AS.

Selain itu, kenaikan angka kasus harian Covid-19 membayangi laju IHSG.

Investor berfokus pada perkembangan pandemi Covid-19 di Tanah Air, di mana kasus infeksi harian Covid-19 meningkat hampir 10x sejak awal tahun. Per 24 Januari angka kasus harian Covid-19 Indonesia tercatat 2.927 orang.

Biang keladi kenaikan kasus harian Covid-19 Indonesia adalah Omicron. Hingga saat ini secara kumulatif, ada 1.170 kasus konfirmasi Omicron ditemukan di Indonesia.

Kecemasan investor adalah pemerintah akan kembali menarik rem darurat sewaktu-waktu jika kasus Covid-19 meledak. Dikhawatirkan ekonomi kembali tidak berjalan seperti bulan Juli 2021, di mana ini sangat berpengaruh terhadap kinerja emiten-emiten di Indonesia.

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • Rilis data PDB Korea Selatan Kuartal IV-2021 (06.00 WIB).
  • Rilis data Inflasi Australia Kuartal-IV 2021 (07.30 WIB).
  • Rilis data Penjualan Motor Indonesia Januari 2021 (11.00 WIB).
  • Rilis data Indeks Optimisme Bisnis Inggris Kuartal I-2022 (18.00 WIB).
  • Rilis data Indeks Harga Rumah AS November 2021 (21.00 WIB).

Berikut agenda korporasi yang akan berlangsung hari ini:

  • IPO PT Autopedia Sukses Lestari/ASLC (09.00 WIB)
  • RUPSLB PT Bank Permata Tbk/BNLI (14.00 WIB) 

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular