
Ngeri-ngeri, Gak Sedap! Hantu Omicron & SBN AS Bergentayangan

Pelemahan harga saham di AS serta kenaikan yield obligasi pemerintah AS patut dicermati oleh investor mengingat dampaknya juga bisa dirasakan oleh pasar keuangan negara berkembang seperti Indonesia.
Kondisi inflasi yang terus meningkat memang bakal memicu bank sentral untuk mengetatkan kebijakan moneternya lewat penurunan injeksi likuiditas dan kenaikan suku bunga.
Secara historis, siklus pengetatan moneter bukanlah kabar baik untuk pasar keuangan global. Naiknya suku bunga acuan akan membuat yield surat utang pemerintah yang sering dikenal sebagai risk free meningkat.
Di sisi lain, suku bunga acuan yang naik juga akan memicu kenaikan suku bunga kredit perbankan. Secara tujuan memang kenaikan suku bunga dilakukan oleh otoritas moneter untuk mengerem ekonomi agar tidak tumbuh pesat dan menyebabkan overheat.
Namun borrowing cost yang lebih tinggi bisa menyebabkan beban pembiayaan bagi emiten meningkat. Alhasil turut menggerus earnings dan ekspektasi pembagian dividen yang berdampak pada penurunan harga saham.
Adanya normalisasi kebijakan moneter juga memicu terjadinya outflow dana asing dari negara emerging market seperti Indonesia yang dapat menyebabkan nilai tukar mengalami depresiasi terhadap dolar AS.
Kemudian risiko lain yang juga patut menjadi cermatan pelaku pasar adalah varian Omicron yang terus merebak luas.
Dalam beberapa laporan penelitian memang varian ini dinilai tak se-mengerikan varian Delta dalam hal tingkat keparahan penyakit. Namun varian ini terbukti jauh lebih menular.
Di pekan pertama Januari 2022, kasus infeksi harian Covid-19 global mengalami kenaikan yang tajam. Jika di akhir Desember kasus harian masih di kisaran 1 juta, per 8 Januari 2022 rerata kasus harian dalam sepekan sudah naik 2x menjadi 2,2 juta.
Senada dengan kenaikan kasus Covid-19 global, kasus harian di dalam negeri juga meningkat. Kasus infeksi harian Covid-19 di Indonesia sejak November sudah konsisten berada di bawah 500 kasus. Namun di pekan lalu kasus Covid-19 kembali menyentuh angka 500 kasus per hari.
Kenaikan kasus infeksi Covid-19 juga sejalan dengan naiknya kasus Covid-19 Omicron di Tanah Air. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), tercatat penambahan kasus sebanyak 57 orang, sehingga total konfirmasi Omicron sebanyak 318 orang per Jumat (7/1/2022).
Penambahan 57 orang terdiri dari 7 orang transmisi lokal dan 50 orang pelaku perjalanan luar negeri. Secara keseluruhan, kasus transmisi lokal Omicron berjumlah 23 orang, sementara kasus dari pelaku perjalanan luar negeri berjumlah 295 orang.
Kenaikan kasus Covid-19 membuat pemerintah kembali mengambil langkah tegas dengan meningkatkan PPKM untuk mengendalikan agar penularan tidak semakin meningkat dan meluas.
Risiko dari normalisasi kebijakan moneter global akibat kenaikan inflasi dan pandemi Covid-19 lagi-lagi masih jadi hantu bagi pasar keuangan domestik. Oleh sebab itu investor dan pelaku pasar harus lebih waspada akan adanya peluang volatilitas yang tinggi di minggu ini.
(trp/vap)