Newsletter

Ngeri-ngeri, Gak Sedap! Hantu Omicron & SBN AS Bergentayangan

Putra, CNBC Indonesia
10 January 2022 06:15
Financial Markets Wall Street
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Beralih ke bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street justru kurang bergairah di sepanjang pekan lalu. Indeks saham acuan S&P 500 justru tercatat melemah 2,49%.

Pada perdagangan pekan terakhir Jumat (7/1), tiga indeks saham Bursa New York kompak melemah. Indeks Dow Jones melemah tipis 0,01% sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing ambles 0,41% dan 0,96%.

Bahkan untuk Nasdaq Composite terpantau mencatatkan kinerja mingguan terburuknya sejak Februrari 2021 setelah anjlok 4,5% di 5 hari perdagangan perdana 2022.

"Pasar saham [AS] sedang mengalami transisi sekarang setelah mencatatkan kinerja yang kuat pada 2021" kata Jay Pestrichelli, co-founder ZEGA Financial. Lebih lanjut Jay mengatakan bahwa volatilitas yang lebih tinggi tersebut disebabkan oleh perubahan kebijakan bank sentral.

Di minggu pertama Januari, the Fed merilis risalah rapat komite pengambil kebijakan (FOMC). Dalam rilis tersebut, para pejabat bank sentral AS mengatakan bersiap untuk menaikkan suku bunga acuan lebih awal.

Data kontrak CME FedWatch yang terbaru bahkan menunjukkan the Fed kemungkinan menaikkan suku bunga acuan pertama kali di bulan Maret 2022 dengan probabilitas lebih dari 60%.

Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya di November dan Desember tahun lalu ketika pelaku pasar memprediksi kenaikan suku bunga pertama kali bakal dilakukan di bulan Juni 2022.

Senada dengan Jay, Keith Lerner selaku Chief Market Strategist di Truist juga mengatakan bahwa perubahan kebijakan moneter the Fed telah memicu terjadinya volatilitas di pasar.

Yield US treasury atau SBN-nya AS terpantau terus meningkat di pekan pertama Januari. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, yield US treasury ditutup di level 1,77% padahal di akhir tahun masih di kisaran 1,5%. Artinya ada kenaikan hampir 30 bps sendiri.

Kabar lain yang kurang sedap juga datang dari pasar tenaga kerja AS. Data Non-Farm Payrolls (NFP) di bulan Desember tercatat naik 199 ribu. Namun kenaikan tersebut masih jauh lebih rendah dari perkiraan konsensus di 422 ribu.

Kendati cukup mengecewakan, ada beberapa poin di laporan ketenagakerjaan AS yang mencerminkan bahwa ekonomi terus menunjukkan pemulihan dan kenaikan inflasi.

Hal tersebut tampak dari rerata pendapatan per jam yang naik 0,6% serta tingkat pengangguran yang berada di level 3,9% terendah sejak Februari 2020 dan lebih rendah dari proyeksi pasar di 4,1%.

(trp/vap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular