
'Kado Natal' Sudah Diberikan, Investor Masih Ogah Ambil?

Hipotesis tersebut terbukti benar adanya. Varian terbaru Covid-19, yakni Omicron, terindikasi secara klinis memiliki tingkat fatalitas yang rendah. Artinya, jika terjadi penyebaran Omicron, tak akan terjadi kelumpuhan sistem layanan kesehatan seperti yang terjadi pada varian Delta.
Studi tersebut dikonfirmasi di Afrika Selatan dan Inggris. Di benua lain, yakni Amerika, pemerintah Amerika Serikat (AS) memberikan izin edar bagi dua obat penanganan Covid-19 yang dirilis oleh Pfizer dan Merck.
Kedua kabar tersebut menjadi kado Natal tahun ini, menghapus kekhawatiran yang dalam sebulan terakhir menyelimuti pemodal mengenai peluang terjadinya gelombang ketiga pandemi, dan pembatasan sosial (lockdown) skala besar.
Ke depan, ada harapan bahwa Omicron justru mengakhiri pandemi seperti yang terjadi pada Spanish Flu pada 1918 di mana masyarakat dan virus H1N1 saat itu sudah bisa berdamai dan hidup bersamaan, sampai sekarang.
Di tengah kondisi demikian, maka fenomena Santa Rally pun berpeluang terjadi di bursa AS (Wall Street), yang berpeluang diikuti di Indonesia. Dini hari tadi, tiga indeks utama bursa AS menguat dan resmi mengakhiri pekan dengan penguatan (karena perdagangan Jumat diliburkan untuk merayakan Natal).
Sepanjang bulan berjalan, indeks S&P 500 terhitung menguat 3,5%. Jika mengacu pada data historis, maka pekan perdagangan jelang Natal tahun ini di AS berpeluang mengonfirmasi terjadinya fenomena Santa Rallly.
Menurut Stock Trader's Almanac, secara historis Santa Rally terjadi ketika 5 hari perdagangan terakhir Desember dan dua hari pertama Januari menguat. Indeks S&P 500 tercatat positif, dengan persentase 79% dari periode tersebut sejak 1928-2020, dengan rerata kenaikan 1,7%.
Periode Desember tahun ini menjadi bulan dengan volatilitas tertinggi keempat sejak tahun 1928, setelah periode Desember 2000, 2008 dan 2018. Volatilitas terjadi di tengah penurunan volume perdagangan sebesar 20%-30%.
"Desember ini menjadi bulan perdagangan keempat yang paling volatil sejak 1987. Rerata perdagangan harian bagi S&P 500 adalah sebesar 1,1%," tutur Art Hogan, Kepala Perencana Pasar National Securities, seperti dikutip CNBC International.
Di Indonesia, fenomena Santa Rally masih perlu konfirmasi dari pergerakan Jumat, hari ini. Jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tertekan meski sentimen positif terkait pandemi menyerbu, maka artinya volatilitas masih tinggi.
Jika hal ini yang terjadi, maka fenomena Santa Rally di bursa domestik masih jauh panggang dari api. Sebaliknya, reli yang terbentuk di hari perdagangan terakhir pekan ini akan menjadi pertanda jelas bahwa pemodal tidak ingin ketinggalan gerbong, dan window dressing melanda.
(ags/ags)