
Inflasi AS Nyaris 7%, Bagaimana IHSG Hari Ini?

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street pada perdagangan pekan lalu terpantau menghijau. Meskipun pasar kembali dikhawatirkan dari virus corona (Covid-19) varian Omicron dan kembali tingginya inflasi di Negeri Paman Sam.
Secara point-to-point pada pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terbang 4,02%, S&P 500 melonjak 3,83%, dan Nasdaq Composite melesat 3,61%.
Pada Jumat (10/12/2021) pekan lalu, ketiga indeks utama di Wall Street tersebut juga ditutup menguat. Dow Jones menguat 0,6% ke level 35.970,988, S&P 500 melesat 0,96% ke 4.712,05, dan Nasdaq tumbuh 0,73% ke 15.630,60.
Meskipun sentimen negatif dari Omicron tak lagi menjadi kekhawatiran pasar di AS pada pekan lalu tetapi mereka tetap memantau perkembangan terbarunya.
Kabar baik seputar Covid-19 datang dari perusaahan produsen vaksin, yakni Pfizer dan BioNTech yang mengatakan bahwa data awal penelitian di lab mereka, tiga dosis vaksin buatan mereka mampu meredam Omicron secara efektif.
Dalam pengumuman Rabu (8/12/2021) lalu, Pfizer-BioNTech menyebutkan bahwa dosis ketiga vaksin kerja sama mereka tampaknya mampu memberikan perlindungan yang kuat terhadap varian omicron, sementara vaksin dua dosis awal mungkin tidak cukup untuk mencegah infeksi.
Temuan mereka, bersama dengan data dari studi laboratorium terpisah, mengkonfirmasi bahwa varian baru lebih terampil menghindari perlindungan kekebalan yang diberikan oleh vaksin yang ada daripada jenis sebelumnya, tetapi sejauh mana kemampuannya untuk melemahkan pertahanan tubuh masih belum diketahui pasti.
Sebenarnya, sebelum Pizer merilis keterangan terkait keampuhan vaksinnya, banyak investor yang sudah mengantisipasi bahwa varian baru akan dapat 'dijinakkan', sehingga optimisme pasar sudah terbentuk lebih dahulu sejak beberapa peneliti di Afrika Selatan mengatakan bahwa data awal penelitian Omicron menunjukan gejala yang lebih ringan dari varian lainnya, termasuk varian Delta.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Rabu pekan lalu pun mengatakan bahwa varian Omicron dapat mengubah arah pandemi.
Hingga saat ini, para ilmuwan di seluruh dunia masih berusaha keras untuk menentukan seberapa menular dan mematikan Omicron serta seberapa efektif vaksin yang ada melawan varian tersebut.
Selain dari perkembangan dari kabar Omicron, optimisme pasar di AS juga terbentuk setelah data klaim pengangguran pada pekan yang berakhir 5 Desember 2021.
Pemerintah AS melaporkan bahwa pada pekan sebelumnya, hanya ada 184.000 pengangguran baru yang mengajukan tunjangan, atau lebih baik dari proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones yang memprediksi angka 211.000.
Namun, optimisme pasar sempat memudar karena potensi meningginya inflasi Negeri Paman Sam pada November lalu. Mereka cenderung wait and see, terlihat dari pergerakan bursa saham global yang sempat terkoreksi pada Kamis (9/12/2021).
Tetapi pada perdagangan Jumat pekan lalu, bursa saham AS kembali diperdagangkan di zona hijau, meskipun inflasi di Negeri Paman Sam kembali melonjak pada bulan lalu.
Inflasi AS per November melejit hingga 6,8% (tahunan) atau melampaui proyeksi ekonomi dalam survey Dow Jones yang memperkirakan angka 6,7%, menjadi penguatan yang terbesar sejak Juni 1982. Inflasi bulanan tercatat 0,8%, juga lebih tinggi dari prediksi sebesar 0,7%.
"Angkanya menunjukkan posisi tertinggi dalam beberapa dekade, tetapi ia masih sejalan dengan ekspektasi. Sebenarnya bagus, karena pasar telah memfaktorkan itu di harga saham, terhitung kabar yang melegakan," tutur Ryan Detrick, Kepala Perencana Pasar LPL Financial kepada CNBC International.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi akan bereaksi terhadap lonjakan inflasi tersebut, dengan memangkas pembelian surat berharga di pasar dari US$ 120 miliar menjadi US$ 30 miliar. Jika itu terjadi, capital outflow dalam skala masif berpeluang terjadi.
(chd/chd)