Newsletter

Fed Bisa Kerek Suku Bunga 3 Kali, Pak Perry Mohon Petunjuk!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 18/11/2021 06:13 WIB
Foto: Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo Saat Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan September 2021. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan pasar keuangan Indonesia Rabu kemarin nyaris sama dengan hari sebelumnya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatat penguatan, sementara rupiah kembali melemah. Dari pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN) bervariasi.

Pada perdagangan hari ini, Kamis (17/11/2021), pelaku pasar menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI), untuk melihat bagaimana Gubernur Perry Warjiyo dan kolega merespon tapering yang dilakukan bank sentral AS (The Fed) serta kemungkinan agresif menaikkan suku bunga di tahun depan. Prediksi kebijakan moneter BI dan faktor lain yang bisa mempengaruhi pasar finansial Indonesia dibahas pada halaman 3 dan 4.

Balik lagi ke pergerakan kemarin, IHSG mencatat penguatan 0,37% ke 6.675,804, dan kini berjarak 0,57% dari rekor tertinggi sepanjang masa 6.714,158 yang dicapai pada Jumat pekan lalu. Investor asing akhirnya kembali melakukan beli bersih (net buy) sebesar Rp 312 miliar.

Sementara itu, rupiah sejak awal hingga akhir perdagangan tertahan di zona merah dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.240/US$, melemah 0,14% melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot.

Pelemahan rupiah tersebut terbilang kecil jika melihat indeks dolar AS yang dua hari lalu melesat 0,52% kemudian kemarin sebelum berakhir terkoreksi sempat naik lagi ke 0,34% ke 96,241, yang merupakan level tertinggi sejak Juli 2020. Sebabnya, data penjualan ritel Amerika Serikat yang lebih tinggi dari ekspektasi.

Departemen Perdagangan AS melaporkan penjualan ritel di bulan Oktober tumbuh hingga 1,7%, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,8% dan lebih tinggi dari ekspektasi Dow Jones sebesar 1,5%.

Sementara itu, penjualan ritel inti yang tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan juga tumbuh 1,7%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,7%, dan ekspektasi 1%.

Data penjualan ritel tersebut menunjukkan perekonomian Amerika Serikat masih berada pada jalur pemulihan, di tengah inflasi yang tinggi. Data tersebut juga memicu kenaikan yield obligasi AS (Treasury), yang membuat SBN mayoritas mengalami pelemahan.

Hanya SBN tenor 5, 10, dan 20 tahun yang mengalami penguatan, terlihat dari penurunan imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga obligasi berbanding terbalik dengan yield. Ketika harga naik maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Inflasi Bikin Cemas Lagi, Wall Street Merah


(pap/pap)
Next Page
Wall Street
Pages