Newsletter

Amerika 'Banjir' Duit Lagi, Jadi Berkah atau Masalah Bagi RI?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 November 2021 06:10
USA-CHINA/BIDEN-XI
Foto: Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev)

Bank Indonesia (BI) hari ini akan memulai Rapat Dewan Gubernur (RDG) hingga Kamis (18/11) besok, dan akan menjadi perhatian pelaku pasar. Hasil polling Reuters menunjukkan BI diperkirakan akan menahan suku bunga hingga akhir tahun depan, dan tetap memperhatikan arah kebijakan moneter The Fed.

Sejak pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda, BI sudah memangkas suku bunga sebesar 150 basis poin menjadi 3,5% yang merupakan rekor terendah dalam sejarah. Dengan inflasi yang rendah dan nilai tukar rupiah yang cenderung stabil meski The Fed sudah melakukan tapering, maka tekanan bagi BI untuk menaikkan suku bunga bisa dikatakan nihil.

Suku bunga rendah masih diperlukan untuk membantu perekonomian Indonesia bangkit lagi setelah melambat di kuartal III-2021 lalu. Namun, di sisi lain, inflasi tinggi yang melanda Amerika Serikat membuat pasar melihat The Fed akan agresif menaikkan suku bunga di tahun depan, yakni sebanyak tiga kali.

Jika itu terjadi, maka rupiah berisiko tertekan sebab selisih imbal hasil (yield) akan semakin menyempit. Sehingga pasar akan menanti petunjuk-petunjuk dari BI bagaimana merespon perubahan kebijakan The Fed.

Sementara itu kabar baik datang dari pertemuan Joe Biden dan Xi Jinping yang digelar secara virtual. Ini merupakan komunikasi terdekat pertama antara dua pemimpin raksasa ekonomi dunia semenjak Joe Biden menjabat Presiden AS.

Pasca pertemuan tersebut kedua negara mengeluarkan pernyataan yang intinya menekankan untuk menghindari terjadinya konflik. AS-China yang "mesra" menjadi kabar baik bagi perekonomian dunia, dan tentunya pasar finansial global.

Ketika kedua negara bersitegang, dan nyerempet ke sektor perekonomian, maka akan berdampak buruk ke negara-negara lainnya. Sebut saja perang dagang, yang memicu pelambatan ekonomi dunia di tahun 2019.

Presiden Biden mengatakan perlunya ada pembatasan yang masuk akal untuk memastikan kompetisi tidak mengarah ke konflik dan menjaga komunikasi tetap terbuka, berdasarkan rilis Gedung Putih yang dikutip CNBC International, Selasa (16/11).

Sementara itu Pemerintah Beijing mengeluarkan pernyataan jika Presiden Xi Jinping mengatakan hubungan China dan AS kini memasuki "era baru" dengan tiga prinsip yakni saling menghormati, hidup berdampingan dengan damai dan kerjasama yang saling menguntungkan.

"Pertemuan tersebut membahas hal yang sangat luas, mendalam, jujur, konstruktif, substantif dan produktif. Itu membantu menambah saling pengertian antara kedua negara," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Berikut Rilis Data Ekonomi dan Agenda Hari Ini

(pap/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular