Newsletter

Waspada 'Anak-Cucu' Corona, Joe Biden-Xi Jinping 'Kopdar'

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 November 2021 06:23
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)
Foto: Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Sementara itu, pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) di Indonesia memang sudah terkendali, tetapi bukan berarti sudah selesai. Lonjakan kasus masih bisa terjadi, melihat perkembangan di negara-negara lain, termasuk adanya mutasi baru virus corona.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan mutasi virus corona AY.4.2 yang menyebabkan lonjakan kasus di Inggris dan mulai ditemukan di Singapura dan Malaysia belum ditemukan di tanah air. Kepastian itu disampaikan BGS, sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (15/11/2021).

Ia menjelaskan, varian delta (B.1.617.2) sudah 'beranak' dan melahirkan sejumlah varian antara lain AY.23 dan AY.24. Varian AY.42 belum ditemukan di Indonesia.

"Nah di Indonesia AY.23 sudah ada, AY.24 sudah ada, AY.42 belum ada," ujar BGS.

Meski demikian, masyarakat masih tetap harus mematuhi protokol kesehatan agar tidak terjadi lonjakan kasus, dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kembali diketatkan, yang mengakibatkan perekomomian melambat, dan pasar keuangan Indonesia berisiko kembali tertekan.

Apalagi, peringatan sudah dikeluarkan di Eropa. Penyebaran Covid-19 masih menjadi ancaman utama pemulihan ekonomi.

Paolo Gentiloni, kepala ekonom Uni Eropa, mengatakan saat ini terlalu dini untuk mendeklarasikan kemenangan melawan pandemi, munculnya varian baru masih berpotensi membuat perekonomian Eropa kembali merosot.

"Kita masih dalam situasi pandemi. Kita harus sangat berhati-hati akan kemungkinan munculnya varian baru dan memperkuat vaksinasi," kata Gentiloni sebagaimana diwartakan CNBC International, Senin (15/11).

Beberapa negara di Eropa, khususnya yang tingkat vaksinasinya rendah mengalami lonjakan kasus lagi. Austria, negara dengan tingkat vaksinasi terendah kedua di Eropa berencana menerapkan lockdown bagi warganya yang belum divaksin.

Dalam 7 hari terakhir, terjadi penambahan kasus Covid-19 sebanyak 67.148 orang, menjadi yang tertinggi selama pandemi.

Reuters melaporkan tinggkat keterisian ICU di Austria kini sebanyak 20%. Ketika mencapai 30%, maka pemerintah Austria akan menerapkan lockdown bagi warganya yang belum divaksin.

"Kita berada dalam hitungan hari sampai mengumumkan lockdown bagi warga yang belum divaksin," kata Alexander Schallenberg, Kanselir Austria, sebagaimana diwartakan CNBC International.

Sementara itu dari Amerika Serikat, dr. Anthony Faucy, kepala penasehat medis Gedung Putih mengatakan terjadi penungkatan kasus Covid-19 di beberapa wilayah belakangan ini.
Rata-rata penambahan kasus di AS dalam 7 hari terakhir memang naik sekitar 11% menjadi 82.000 kasus. Tetapi dibandingkan puncaknya beberapa bulan lalu, penambahan kasus tersebut sudah turun 57%.

dr. Faucy mengatakan peningkatan kasus terjadi di Midwest sebesare 19% dan Northeast sebesar 37% dalam sepekan terakhir. Meski demikian, ia juga mengatakan warga yang sudah mendapat vaksinasi penuh bisa berkumpul dengan keluarga saat musim liburan nanti, tanpa perlu merasa khawatir.

Tetapi, ia juga tetap menyarankan menggunakan masker ketika berkumpul di dalam ruangan.

Selain penerapan protokol kesehatan, vaksinasi memang menjadi kunci. Menurut Menkes BGS, semua varian delta, subvarian delta maupun sub-sub varian delta memiliki mutasi genetik yang mirip.

"Jadi kesimpulan kami sampai sekarang kalau misalnya ada masuk anaknya (varian delta) atau cucunya, Insya Allah harusnya kekebalan yang sudah terbentuk di masyarakat kita masih cukup menanggulangi penyebaran ini," kata BGS.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Berikut Rilis Data Ekonomi dan Agenda Hari Ini

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular