Newsletter

Waspada 'Anak-Cucu' Corona, Joe Biden-Xi Jinping 'Kopdar'

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 November 2021 06:23
Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)
Foto: Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)

Bursa saham AS (Wall Street) melemah tipis di perdagangan awal pekan, kenaikan yield obligasi (Treasury) memberikan efek negatif ke pasar saham. Selain itu, para investor menanti laporan earning para raksasa ritel.

Indeks Dow Jones melemah 0,04% pada perdagangan Senin waktu setempat ke 36.087,98, Nasdaq juga turun dengan persentase yang sama ke 15.853,85, dan S&P 500 stagnan di 4.682,8.


Yield Treasury AS tenor 10 tahun naik ke 1,6% sementara tenor 30 tahun ke atas 2%. Ketika yield Treasury mengalami kenaikan, saham sektor teknologi cenderung mengalami penurunan.

"Pergerakan harga di pasar obligasi menjadi indikator bagaimana pasar melihat inflasi. Meski The Fed (bank sentral AS) tidak memberikan sinyal yang penuh bagaimana kebijakannya di masa yang akan datang, tetapi pelaku pasar tetap memprediksi suku bunga akan dinaikkan dalam waktu dekat," kata Charlie Ripley, ahli strategi investasi senior di Alliamz Investment Management, sebagaimana diwartakan CNBC International, Senin (15/11).

Seperti diketahui Departemen Tenaga Kerja AS pada Rabu (10/11) melaporkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) bulan Oktober melesat 6,2% year-on-year (YoY), menjadi kenaikan terbesar sejak Desember 1990. Sementara inflasi CPI inti yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi dalam perhitungan tumbuh 4,6%, lebih tinggi dari ekspektasi 4% dan tertinggi sejak Agustus 1991.

Tingginya inflasi tersebut membuat sentimen konsumen merosot ke level terendah dalam satu dekade terakhir.

University of Michigan (UoM) melaporkan sentimen konsumen di bulan November jeblok ke 66,8, dari bulan sebelumnya 71,7. Selain menjadi yang terendah sejak November 2011, indeks sentimen konsumen di bulan November juga jauh di bawah estimasi Dow Jones yang justru memprediksi kenaikan menjadi 72,5.

Sentimen konsumen menurun di awal November ke level terendah dalam satu dekade akibat kenaikan inflasi, dan banyak konsumen melihat tidak ada kebijakan yang efektif dibuat saat ini untuk mengurangi kerusakan akibat melonjaknya inflasi," kata Richard Curtin, kepala ekonom survei dari UoM, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (12/11).

"Saat ini dilaporkan kenaikan harga rumah, kendaraan, dan barang tahan lama lebih banyak terjadi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dalam lebih dari setengah abad yang lalu," tambahnya.

Jebloknya sentimen konsumen tersebut membuat laporan earning perusahaan ritel AS semakin menjadi perhatian di pekan ini. Jika laporan earning tersebut bagus, artinya konsumsi warga AS masih cukup tinggi, dan menjadi pertanda baik bagi perekonomian, begitu juga sebaliknya.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

 

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular