Newsletter

Waspada 'Anak-Cucu' Corona, Joe Biden-Xi Jinping 'Kopdar'

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 November 2021 06:23
Presiden China Xi Jinping (kanan) berjabat tangan dengan Wakil Presiden AS Joe Biden  (4/12/2020).
Foto: Presiden China Xi Jinping (kanan) berjabat tangan dengan Wakil Presiden AS Joe Biden (4/12/2020). (AP/Lintao Zhang)

Wall Street yang merah tipis tentunya kurang menguntungkan bagi pasar Asia pada perdagangan hari ini, apalagi IHSG akan mencoba bangkit setelah terkoreksi cukup tajam dalam dua hari beruntun.

Pemicu turunnya Wall Street adalah ekspektasi kenaikan suku bunga di AS akibat tingginya inflasi. Hal tersebut tercermin dari kenaikan yield Treasury AS.

Berdasarkan perangkat FedWatch miliki CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun depan.

Suku bunga The Fed saat ini di 0% - 0,25%, sementara di Desember 2022, pasar melihat ada probabilitas sebesar 30,3% suku bunga The Fed di 0,75% - 1,00%. Saat bank sentral paling powerful di dunia ini menormalisasi suku bunganya, kenaikan akan dilakukan sebesar 25 basis poin (0,25%). Artinya, jika suku bunga diperkirakan 0,75%-1,00% di akhir 2022 maka ada 3 kali kenaikan.

Melihat pandangan pasar tersebut, The Fed diperkirakan akan agresif menaikkan suku bunga di tahun depan. Tetapi Wall Street bisa dikatakan masih cukup stabil, bahkan masih berada di dekat rekor tertinggi sepanjang masa.

Probabilitas kenaikan suku bunga sebanyak 3 kali tersebut selain memicu kenaikan yield Treasury juga berdampak pada penguatan dolar AS. Menariknya, baik SBN maupun rupiah justru menguat Senin kemarin. Bahkan, rupiah pekan lalu juga mampu menguat cukup tajam, saat indeks dolar AS melesat tinggi.

Artinya, sentimen pelaku pasar cukup bagus, meski harus waspada sewaktu-waktu terjadi aksi jual di aset-aset berisiko, yang bisa menyeret pasar finansial Indonesia.
Sementara itu pertemuan dua pemimpin negara "raksasa" di dunia akan perhatian hari ini.

Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dijadwalkan akan bertemu secara virtual.

Dalam agenda tersebut, kedua pemimpin negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia ini memusatkan diskusi dalam beberapa hal termasuk perdagangan, teknologi, Xinjiang, dan terutama Taiwan. Khusus soal Taiwan, Beijing disebut-sebut meminta AS agar mundur dari dukungannya terhadap Taipei.

Salah satu pejabat pemerintahan AS mengatakan masalah perdagangan tidak akan dibahas secara signifikan, begitu juga dengan masalah terhambatnya rantai pasokan yang menjadi pemicu tingginya inflasi. Masalah Taiwan, justru yang akan banyak dibahas.

Bagaimana hasil pertemuan tersebut, apakah hubungan kedua menjadi semakin hangat atau malah menjadi dingin akan mempengaruhi pergerakan pasar hari ini.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2) 

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular