Newsletter

Semua Mata Tertuju ke AS-China, Bagaimana Pasar RI Hari Ini?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
10 November 2021 06:10
CHINA-PROPERTY/KAISA GRP HLDG
Foto: REUTERS/THOMAS PETER

Selain dari AS, data inflasi China pada Oktober 2021 juga akan dirilis pada hari ini. Ekonom dalam survei Reuters memperkirakan inflasi Negeri Panda dari sisi harga konsumen (IHK) pada Oktober akan meningkat menjadi 1,4%.

Sementara inflasi dari sisi harga produsen (PPI) ekonomi memperkirakan akan mengalami kenaikan menjadi 12,4%.

Pasar saat ini khawatir bilamana China akan mengalami periode 'stagflasi'. Stagflasi adalah fenomena ekonomi di mana harga naik tetapi aktivitas bisnis mengalami stagnasi, yang menyebabkan tingginya pengangguran dan berkurangnya daya beli konsumen.

Investor semakin khawatir akan terjadinya stagflasi di China karena harga-harga pangan di China sedang mengalami kenaikan cukup signifikan.

Analis menyebutkan bahwa kenaikan harga pangan di China dipicu oleh gagal panen akibat bencana banjir di beberapa wilayah di China dan penguncian akibat pandemi virus corona (Covid-19).

Sejak September hingga awal Oktober, terjadi hujan deras terjadi di sebagian besar wilayah utara China. Kebanyakan membanjiri provinsi penghasil sayuran terbesar di Shandong.

Sementara itu, beberapa wilayah di Negeri Tirai Bambu juga mengalami penguncian ketat (lockdown) akibat penyebaran Covid-19.

Komisi Kesehatan Nasional (CMA) China kembali melaporkan infeksi baru Covid-19 yang sebagian besar ditularkan melalui transmisi lokal, Senin (8/11/2021). China mencatat 62 kasus baru setelah Minggu mengumumkan 89 kasus.

Mengutip Financial Times, gelombang Covid-19 China saat ini, yang dimulai sejak 17 Oktober, sudah mencapai sebagian besar dari 31 provinsi China. Ini menjadi penyebaran terluas sejak awal pandemi muncul akhir 2019 lalu di Wuhan, Provinsi Hubei.

Melansir dari Reuters, hingga 5 November, ada 918 kasus terkait penularan baru ini. Persisnya di 44 kota di 20 provinsi. Varian Delta menjadi penyebab gelombang kali ini.

Worldometers mencatat terdapat total 97.885 kasus Covid-19 secara akumulatif sejak pandemi terjadi di akhir 2019. Tercatat 4.636 kematian.

Masih dari China, krisis likuiditas masih mengancam perusahaan properti di Negeri Panda, di mana perusahaan properti Kaisa Group kini mendapat giliran terkena risiko gagal bayar (), seperti beberapa perusahaan properti China sebelumnya yakni Evergrande, Fantasia Holdings, Sinic Holdings, dan Modernland.

Pada Jumat (5/11/2021) akhir pekan lalu, otoritas bursa setempat menangguhkan perdagangan saham Kaisa Group di bursa Hong Kong, beserta anak usahanya.

Serentetan masalah properti di China ini membuat The Fed, memberi peringatan. Tekanan di sektor real estate China, termasuk Evergrande yang terlilit utang, berpotensi berdampak ke AS. Apalagi jika ini menyebar ke sistem keuangan China.

Dalam laporan stabilitas keuangan terbaru, The Fed mengatakan ada kekhawatiran tentang tingkat utang yang tinggi dan peningkatan nilai properti yang menyebabkan regulator Beijing mengambil tindakan. Tekanan dapat menyebabkan koreksi tiba-tiba harga real estate dan berdampak ke sistem keuangan China.

"Mengingat ukuran ekonomi dan sistem keuangan China serta hubungan perdagangannya yang luas dengan negara-negara lain di dunia, tekanan keuangan di China dapat membebani pasar keuangan global. Melalui penurunan sentimen risiko, menimbulkan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi global, AS," kata laporan itu, dikutip AFP, Selasa (9/11/2021).

(chd/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular