
Sentimen Makro Membaik, Harga Komoditas Bagaimana?

Hari ini, sentimen positif bakal mendominasi, baik dari dalam maupun luar negeri mulai dari perkembangan kasus Covid-19, hingga kasus Evergrande. Namun, satu risiko jangka pendek terburuk muncul dari harga komoditas.
Dari dalam negeri, satgas penanganan Covid-19 pada Minggu (25/10/2021) melaporkan penambahan kasus baru 623 kasus, terendah sejak 4 Juni tahun lalu. Penambahan kasus selalu di bawah 1.000 orang per hari sejak 15 Juni lalu.
Dalam 7 hari terakhir, rata-rata penambahan kasus sebanyak 769 orang, menjadi yang terendah sejak 8 Juni 2020. Sementara itu, pasien sembuh dilaporkan sebanyak 1.037 orang, dan yang meninggal dunia bertambah 29 orang.
Dengan demikian, kasus aktif dilaporkan sebanyak 14.360 orang, berkurang 443 kasus dibandingkan Sabtu kemarin. Kasus aktif tersebut menjadi yang terendah sejak 22 Mei 2020. Rasio temuan kasus positif terhadap jumlah tes (positivity rate) berada di angka 0,46%.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batasan positivity rate maksimal 5% agar bisa dikatakan pandemi terkendali. Sekarang Indonesia sudah jauh di bawah 5%, sehingga sudah masuk kategori terkendali.
Kabar ini akan memacu selera mengambil risiko (risk appetite) investor karena keyakinan bahwa ekonomi akan pulih kian cepat di tengah pelonggaran aktivitas masyarakat.
Dari AS, harga kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones melemah 50 poin, berbarengan dengan turunnya kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq sebesar 0,1%. Pelemahan ini mengindikasikan aksi ambil untung (profit taking) pemodal setelah aksi cetak rekor pekan lalu.
Pasar memantau rilis kinerja keuangan emiten kakap seperti Facebook, Alphabet, Microsoft, Amazon dan Apple. Sepertiga konstituen indeks Dow Jones juga akan merilis kinerja keuangannya pekan ini, seperti Caterpillar, Coca-Cola, Boeing dan McDonald's.
Perkembangan terbaru kasus Evergrande di China juga cenderung positif, di mana raksasa properti tersebut menyatakan bahwa pihaknya telah memulai pengerjaan 10 proyek di 6 kota besar di China, termasuk Shenzhen.
Perusahaan yang memikul utang senilai US$ 300 miliar ini belum menginformasikan ke publik, berapa proyek yang dihentikannya. Saat ini, total proyek perseroan mencapai 1.300 proyek di seluruh China.
Pekan lalu, pasar global bernafas lega setelah perseroan membayar kewajiban bunga kepada pemegang obligasinya (berdenominasi dolar AS). Hanya saja, belum ada langkah pemangkasan utang yang berarti.
Namun demikian, pasar bakal memperhatikan arah perkembangan harga komoditas yakni batu bara, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), dan komoditas logam. Jika koreksi berlanjut, maka saham-saham perbankan pun berpeluang terkena aksi ambil untung lanjutan.
(ags/ags)