Newsletter

Sri Mulyani Agresif Uber Pajak di 2022, Gimana Respons Pasar?

Putra, CNBC Indonesia
08 October 2021 06:20
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam acara IPA Convex 2021.
Foto: Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam acara IPA Convex 2021. (Tangkapan Layar Youtube Indonesian Petroleum Association)

Berlanjutnya penguatan di bursa New York menjadi angin segar bagi bursa saham Asia, termasuk untuk IHSG. Namun investor dan pelaku pasar juga perlu mencermati sentimen lainnya.

Pertama adalah soal kebijakan perpajakan. Tahun depan penerimaan negara diperkirakan bakal bertambah sebesar Rp 130 triliun setelah diberlakukannya sederet kebijakan pajak yang tertuang di Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Beberapa kebijakan pajak yang akan dijalankan tahun depan di antaranya kenaikan tarif PPN, pajak karbon, cukai untuk plastik dan minuman berpemanis hingga pengampunan pajak alias tax amnesty.

Tidak hanya berhenti di situ, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara memastikan peningkatan penerimaan juga akan terjadi pada tahun-tahun berikutnya.

"Pada 2023-nya kenaikan Rp 150 - 160 triliun, ini tidak akan terjadi dengan sendirinya," ujarnya pada kesempatan yang sama.

Akibat kebijakan ini, rasio pajak juga akan meningkat dari 8,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 9,22% dari PDB.

Pemerintah memang sedang getol untuk mendapatkan dana segar guna menambal defisit anggaran yang melebar. Kenaikan pajak sejatinya bukanlah kebijakan yang popular.

Kenaikan PPN misalnya, tentu akan berdampak pada appetite konsumen untuk berbelanja barang-barang. Dengan kenaikan PPN dari 10% menjadi 11% artinya konsumen harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli suatu barang.

Produk-produk yang cenderung elastis akan terkena dampak yang paling terasa. Di sisi lain upaya menguber pajak yang terlalu dini juga berisiko terhadap pertumbuhan ekonomi.

Untuk itu investor perlu mencermati respons pasar terhadap kebijakan ini terutama untuk sector seperti makanan dan minuman serta ritel.

Pelaku pasar juga perlu mencermati pergerakan saham-saham yang berbasis komoditas. Saham-saham di sector sawit dan batu bara cenderung menjadi pendorong apresiasi IHSG.

Harga batu bara acuan global juga masih lanjut terkoreksi. Kemarin (7/10) harga batu bara termal Newcastle anjlok nyaris 5%. Tidak menutup kemungkinan bahwa hari ini saham-saham emiten tambang batu hitam akan lanjut terkoreksi.

Di sisi lain, BI juga akan merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) untuk bulan September 2021 hari ini. Sejak pemberlakuan PPKM, sentimen konsumen memburuk.

Namun dengan pelonggaran pembatasan aktivitas secara gradual, diharapkan dapat mengerek naik IKK sehingga masyarakat mau untuk membelanjakan uangnya dan ekonomi bisa muter lebih kencang.

(trp/sef)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular