
Muncul Kabar Baik dari Paman Sam, IHSG Lanjut Ngegas Gak NIh?

Lanjutnya penguatan pasar saham AS tentu menjadi kabar yang baik untuk bursa saham Benua Kuning.
Namun ada yang perlu diwaspadai. Apresiasi IHSG yang sudah terlalu tajam membuka ruang terjadinya aksi profit taking.
Sebagai pengingat IHSG sudah menguat sampai 2% kemarin. Kalaupun menguat, paling terbatas saja.
Di awal Oktober pergerakan IHSG memang cenderung liar. Menguat signifikan lalu dibanting. Apresiasi yang tinggi juga memicu kenaikan risiko untuk profit taking.
Risiko juga datang dari Timur, tepatnya dari China. Setelah Evergrande yang dilanda krisis utang kini pengembang properti lain juga mengalami nasib serupa.
Ada dua perusahaan properti China yang kini menjadi pantauan pelaku pasar. Mereka adalah Fantasia Holdings dan Sinic Holdings. Khusus Fantasia sudah mengalami gagal bayar (default), sementara Sinicberpotensi default.
Buruknya kondisi likuiditas Sinic Holdings menyebabkan perusahaan pemeringkatan global, Fitch Ratings, dua hari lalu (4/10) kembali menurunkan peringkat utang menjadi 'C' dari sebelumnya 'CCC'.
Ini merupakan penurunan rating kedua dalam sebulan terakhir setelah sebelumnya pada 22 September Sinic Holdings yang semula memiliki peringkat 'B+' turun ke 'CCC'.
Senasib dengan Sinic, Fantasia juga berkali-kali rating-nya diturunkan oleh Fitch dalam sebulan terakhir, dimulai dari tanggal 16 September dari 'B+' menjadi 'B', kemudian pada 4 Oktober turun menjadi 'CCC-'.
Terakhir pada Selasa kemarin (5/6) akhirnya Fantasia distempel 'RD' (Restricted Default) oleh Fitch setelah perusahaan gagal melunasi senior notesnya sebesar US$ 206 juta atau setara dengan Rp 2,94 triliun (kurs Rp 14.300/US$) yang jatuh tempo pada 4 Oktober 2021.
Harga saham Fantasia Holdings dan Sinic Holdings anjlok lebih dari 50% secara year to date. Ditambah lagi sejak adanya krisis Evergrande pasar obligasi China mencatatkan outflow US$ 8,1 miliar di bulan September.
Risiko tingginya inflasi, hingga potensi default obligasi pengembang properti China masih menjadi sentiment utama yang patut diwaspadai.
Investor sendiri harus sudah bersiap dengan adanya volatilitas yang tinggi baik di pasar saham maupun obligasi.
(trp/trp)