
IHSG Lepas "Kutukan" September, Krisis Finansial Kini Menanti

Bursa saham AS (Wall Street) kembali ambrol pada perdagangan terakhir di bulan September. Pergerakan tersebut sekaligus menegaskan September menjadi bulan yang tidak bersahabat bagi Wall Street.
Indeks Dow Jones kemarin ambrol 1,59% ke 33.843,92, S&P 500 minus 1,19% ke 4.307,54, sementara Nasdaq melemah 0,4% ke 14.448,58.
Sepanjang September indeks S&P 5000 ambrol 4,76%, menjadi kinerja terburuk sejak Maret 2020, Dow Jones merosot 2,74%, dan Nasdaq jeblok 5,31%.
![]() |
"September memperkuat reputasinya dan menekan tingkat pengembalian saham, tetapi tidak terlalu buruk," tulis analis Yardeni Research Ed Yardeni dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
"Ada kecemasan tingginya gaji, harga energi, dan biaya transportasi akan membebani laba perusahaan di sisa tahun ini hingga ke 2022. Ini menjadi sesuatu yang layak kita cermati. Tetapi sejauh ini para analis masih optimistis" tambahnya.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun yang sempat melonjak ke level 1,56% kini telah berangsur melandai dan kembali 1,4925% pada Kamis. Kenaikan imbal hasil obligasi acuan ini memicu tekanan di pasar saham, khususnya terhadap saham teknologi.
Namun, meski yield Treasury sudah ke bawah 1,5% lagi, nyatanya aksi jual masih tetap menerpa Wall Street.
Memperburuk sentimen pelaku pasar, klaim awal tunjangan pengangguran pekan lalu yang berada di angka 362.000 atau lebih buruk dari ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang semula memperkirakan angka 335.000.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
(pap/pap)