Newsletter

Krisis Energi Mengintai, Kapan Dunia Bisa Tenang Bung?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 September 2021 06:32
Emisi obligasi syariah (sukuk)
Foto: Getty Images/CNBC International

Sementara itu Bloomberg melaporkan dampak kenaikan harga gas alam di Eropa sudah merembet ke negara lainnya di seluruh dunia. Di Asia, importir liquefied natural gas (LNG) dikabarkan harus membeli dengan rekor harga tertinggi di tahun ini untuk mengamankan pasokan.

China, salah satu konsumen gas alam terbesar dilaporkan belum cukup cepat untuk menambah persediaannya. Masalah energi untuk pembangkit listrik lebih kompleks lagi di Negeri Tirai Bambu, sebab Presiden Xi Jinping kini menerapkan standar emisi yang lebih tinggi, kemudian pasokan batu bara juga kurang, dan permintaan yang tinggi untuk industri.

Ada lagi Korea Selatan, meski memiliki kontrak LNG jangka panjang, yang menurunkan risiko volatilitas harga, tetapi pemerintahnya sudah berencana menaikkan tarif listrik untuk pertama kalinya dalam 8 tahun terakhir.

Brasil juga menghadapi hal yang sama, utilitas banyak tergantung gas alam. Negeri Samba kini sedang menghadapi inflasi yang tinggi, hingga memaksa bank sentralnya menaikkan suku bunga lima kali berturut-turut.

Dengan kenaikan harga gas alam, inflasi di Brasil berisiko terbang tinggi lagi, sehingga ada kemungkinan suku bunga dikerek semakin tinggi. Pertumbuhan ekonomi terancam melambat dengan suku bunga yang tinggi.

Besarnya permintaan LNG membuat para eksportir kewalahan. Qatar, negara eksportir LNG terbesar kedua di dunia bahkan mengatakan tidak bisa memenuhi semua permintaan.

"Kami memiliki permintaan yang besar dari semua pelanggan kami, dan sayangnya kami tidak bisa melayani semuanya," kata menteri energi Qatar, Saad Al-Kaabi, dalam sebuah konferensi di awal September.

Krisis energi tersebut bisa semakin parah ketika memasuki musim dingin di akhir tahun nanti, sehingga pelaku pasar layak waspada.

"Defisit persediaan membuat pasar cemas sebab kita akan memasuki musim dingin," kata Stefan Konstantinov, analis di ICIS Energy sebagaimana dilansir CNBC Ineternational.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini



(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular