
Krisis Energi Mengintai, Kapan Dunia Bisa Tenang Bung?

Bursa saham AS (Wall Street) babak belur pada perdagangan Selasa waktu setempat, kenaikan yield Treasury memicu aksi jual di pasar saham.
Indeks Dow Jones merosot 1,6% ke 34.299,99, S&P 500 ambrol 2% ke 4.352,63, dan Nasdaq yang paling parah, jeblok hingga 2,8% ke 14.546,68. Nasdaq mencatat kinerja harian terburuk sejak Maret lalu.
![]() |
Saham teknologi anjlok karena kenaikan imbal hasil akan memicu lonjakan beban pembiayaan obligasi mereka, sehingga saham mereka menjadi kurang menarik. Imbal hasil tinggi juga akan membatasi pertumbuhan mereka.
"Kami memperkirakan kenaikan imbal hasil akan menguntungkan saham siklikal seperti keuangan dan energi ketimbang saham pertumbuhan seperti teknologi, yang mengalami tekanan lebih besar di prospek arus kas ke depan ketika imbal hasil meninggi," tutur Mark Haefele, Direktur Investasi UBS Global Wealth Management, seperti dikutip CNBC International.
Yield Treasury AS tenor 10 tahun kemarin kembali menanjak 5,55 basis poin ke 1.5461, dan mencapai level tertinggi sejak pertengahan Juni lalu.
"Pasar perlahan tapi pasti melihat realita yield Treasury saat ini jauh lebih rendah dari fundamentalnya. Kebijakan The Fed sedang bergeser, para investor juga merubah posisi mereka, sekaligus, seperti yang cenderung kita lakukan," kata Kathy Jones, kepala strategi aset tetap di Schwab Center for Financial Research, sebagaimana dilansir CNBC International.
Masalah politik klasik di AS, batas utang, juga membebani sentimen pelaku pasar. Amerika Serikat masih terancam mengalami shutdown. Kongres AS harus menyetujui Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) pada Jumat mendatang untuk menghindari shutdown.
Selain itu, Menteri Keuangan Janet Yellen juga mengatakan Kongres AS harus menyetujui kenaikan batas utang pada 18 Oktober agar Amerika Serikat terhindar dari gagal bayar (default).
Sejauh ini, Partai Republik masih menolak untuk menaikkan batas utang.
"Apa yang terjadi Washington sama sekali tidak membantu sentimen, kita memiliki banyak ketidakpastian, dari kebijakan pajak, dan tentu saja batas utang," kata Jeff Buchbinder, ahli strategi di LPL Financial.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari ini
