Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah tampil memuaskan pada awal pekan, Senin (23/8/2021). Indeks saham acuan nasional tersebut ditutup melesat 1,31% ke level 6.109,83 dan kembali menembus level psikologis di 6.100, tanpa adanya hambatan ke zona merah sepanjang perdagangan.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi Senin kembali naik menjadi Rp 12,4 triliun. Terpantau, investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 157 miliar di pasar reguler. Sebanyak 377 saham menguat, 147 saham melemah dan 127 lainnya stagnan.
IHSG mengikuti tren pergerakan bursa utama di Asia Pasifik yang juga menghijau, di mana indeks Nikkei Jepang memimpin dengan reli sebesar 1,78%. Koreksi hanya menimpa bursa Strait Times Singapura yang tertekan 0,29%.
Sentimen positif mendominasi pada perdagangan kemarin, setelah koreksi pekan lalu akibat kekhawatiran pengetatan likuiditas di Amerika Serikat (AS) dinilai berlebihan. Harga komoditas yang pekan lalu anjlok kemarin juga menguat, seperti harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brent yang kompak naik 1,7%, masing-masing ke level US$ 63,2 dan US$ 66,3/barel.
Rupiah melaju mulus pada Senin, sepanjang perdagangan tidak pernah mencicipi zona merah. Artinya, dolar Amerika Serikat (AS) tanpa perlawanan sepanjang hari pertama pekan ini. Dolar AS kini sedang menanti pertemuan Jackson Hole untuk melihat petunjuk lebih jelas mengenai tapering, sementara rupiah menanti keputusan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berakhir Senin.
Melansir data Refinitiv, rupiah langsung menguat 0,28% ke Rp 14.410/US$ begitu perdagangan dibuka. Penguatan rupiah sedikit terpangkas ke Rp 14.415/US$, tetapi tidak sampai masuk ke zona merah.
Rupiah kemudian bertambah kuat hingga 0,35% ke Rp 14.400/US$, sebelum akhirnya menutup perdagangan di Rp 14.410/US$. Dengan penguatan tersebut, rupiah sukses menghentikan penurunan tiga hari beruntun.
Pada pekan lalu dolar AS begitu perkasa pasca rilis risalah rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) edisi Juli menunjukkan kemungkinan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) dilakukan di tahun ini.
"Melihat ke depan, sebagian besar partisipan (Federal Open Market Committee/FOMC) mencatat bahwa selama pemulihan ekonomi secara luas sesuai dengan ekspektasi mereka, maka akan tepat untuk melakukan pengurangan nilai pembelian aset di tahun ini," tulis risalah tersebut yang dirilis Rabu pekan lalu waktu setempat.
Tetapi, National Australia Bank (NAB) mengatakan dolar AS akan berbalik melemah jika ada indikasi tapering baru akan dilakukan tahun depan.
Oleh karena itu, perhatian di pekan ini akan tertuju pada pertemuan Jackson Hole di Amerika Serikat, yang akan dihadiri oleh bank sentral, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi pasar finansial di dunia. Pertemuan tersebut seharusnya berlangsung selama tiga hari mulai Kamis (26/8/2021), tetapi akibat lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di AS dalam beberapa pekan terakhir, pertemuan tersebut akhirnya dilakukan secara daring pada hari Jumat.
Oleh karena itu, pelaku pasar melihat ada kemungkinan The Fed akan mempertimbangkan lebih dalam melakukan tapering di tahun ini, mengingat lonjakan kasus Covid-19 bisa memperlambat laju pemulihan ekonomi AS.
Sementara itu dari dalam negeri, penambahan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) terus menunjukkan penurunan dan mendekati 10.000 orang per hari.
Puncak kasus virus corona terjadi pada 15 Juli lalu ketika penambahnya tercatat sebanyak 56.757 orang dalam sehari. Sementara kemarin, penambahan kasus baru sebanyak 12.408 orang, turun drastis dari puncak kasus pertengahan bulan lalu. Jumlah kasus baru tersebut juga merupakan yang terendah sejak sejak 16 Juni.
Sehingga ada kemungkinan akan ada pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berakhir pada hari ini akan diperpanjang dengan pelonggaran lebih lanjut. Apalagi melihat kasus di DKI Jakarta yang sudah menurun drastis. Bahkan, berdasarkan catatan Satgas Penanganan Covid-19, tidak ada wilayah di DKI Jakarta yang kini dikategorikan zona merah.
Hal tersebut memberikan sentimen positif bagi rupiah di awal pekan ini.
Sementara itu, harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Senin di tengah optimisme pelaku pasar terhadap pasar keuangan global.
Mayoritas investor melepas kepemilikannya di pasar SBN pada perdagangan kemarin, ditandai juga dengan naiknya imbal hasil (yield) di hampir seluruh SBN acuan. Hanya SBN bertenor pendek yakni 1 dan 3 tahun yang masih ramai dikoleksi oleh investor pada Senin, ditandai dengan turunnya yield dan penguatan harga.
Halaman 2>>
Bursa saham AS alias Wall Street kompak melesat dan mencatatkan reli pada perdagangan Senin (23/8/2021) waktu setempat seiring adanya sentimen soal persetujuan penuh Badan Pengawas Makanan dan Obat-Obatan Amerika (Food and Drug Administration/FDA) terhadap vaksin Covid-19 dan pelaku pasar menantikan Simposium Jackson Hole yang diperkirakan akan diadakan akhir pekan ini.
Ketiga indeks saham utama AS mengakhiri sesi dengan naik tajam, dengan melonjaknya harga minyak mentah WTI, didorong oleh perkiraan pertumbuhan permintaan.
Indeks S&P 500 bertambah 0,8% mencapai 4.479,53, hanya sedikit dari rekor penutupan. Kemudian, indeks yang sarat akan saham teknologi Nasdaq Composite melonjak 1,5% menjadi 14.942,65, mencapai rekor penutupan tertinggi. Sementara, Dow Jones Industrial Average naik 215,63 poin, atau 0,6%, menjadi 35.335,71.
"Ini telah menjadi semacam 'naskah' selama ini," kata Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di Spartan Capital Securities di New York. kepada Reuters. "Kita membuat rekor tertinggi baru, mundur, dan kemudian kita mencatatkan reli lagi."
"Hal tersebut memberitahu saya bahwa fundamentalnya sudah ada," tambah Cardillo.
Sebelumnya, FDA memberikan persetujuan penuh untuk vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Pfizer Inc dan BioNTech.
"Persetujuan penuh berarti kemungkinan besar akan ada lebih banyak mandat, lebih banyak perusahaan akan mengamanatkan bahwa Anda harus mendapatkan vaksin untuk kembali ke kantor," kata Cardillo.
"Saya tidak berpikir ini akan membuat semua yang meragukan vaksin menjadi mau divaksin tetapi berita ini hari ini [Senin] mungkin akan mendorong (tingkat vaksinasi) mendekati 75%," imbuhnya.
Saham Pfizer dan BioNTech menguat, begitu pula saingannya Moderna Inc.
Meningkatnya infeksi Covid-19 yang disebabkan oleh varian Delta yang sangat menular telah memicu kekhawatiran atas pemulihan yang berlarut-larut dari krisis kesehatan global.
Data yang dirilis pada Senin melukiskan potret beragam dari ekonomi yang beringsut kembali normal setelah kontraksi paling mendadak dalam sejarah.
Penjualan rumah bekas secara tak terduga meningkat pada bulan Juli, menurut National Association of Realtors, sementara laporan dari IHS Markit menunjukkan aktivitas bisnis meningkat bulan ini.
Potret "Goldilocks" pemulihan ekonomi menuju ke arah yang benar, tetapi tampaknya tidak cukup kuat untuk menjamin perubahan dalam kebijakan moneter dovish the Fed, yang sebelumnya membantu 'menyuapi' selera risiko investor.
Secara sederhana, mengutip Investopedia, ekonomi Goldilocks menggambarkan keadaan ideal untuk ekonomi di mana ekonomi tidak berkembang atau berkontraksi terlalu banyak.
Dengan kata lain, ekonomi tidak 'terlalu panas' atau 'terlalu dingin' tetapi tepat posisi. Istilah ini dipinjam dari cerita anak-anak populer Goldilocks and the Three Bears.
Pelaku pasar akan menyimak acara Jackson Hole Symposium, yang akan diadakan di Wyoming akhir pekan ini. Komentar Ketua Fed Jerome Powell akan diuraikan dengan cermat untuk mendapatkan petunjuk mengenai timeline pengetatan kebijakan bank sentral.
Lonjakan harga minyak mentah WTI mendorong sektor energi ke hari terbaiknya dalam hampir dua bulan belakangan.
Saham Exxon Mobil Corp dan Chevron Corp juga naik pada Senin.
Sementara, saham perjalanan dan liburan bereaksi positif terhadap berita persetujuan FDA di atas, dengan saham Delta dan American Airlines masing-masing naik 2,8% dan 3,3%. Saham Karnaval naik 3,9%, dan Norwegian Cruise Line naik 4,2%.
Halaman 3>>
Sentimen yang bisa menjadi penggerak pasar hari ini banyak datang dari luar negeri.
Pertama, pada pukul 04.00 WIB, dari Negeri Ginseng Korea Selatan (Korsel) investor akan mengamati data indeks keyakinan konsumen, yang diramal akan naik ke posisi 105 pada Agustus ini. Sebelumnya, indeks keyakinan konsumen Korsel berada di posisi 103,2, turun dari posisi bulan Juni sebesar 110,3.
Menurut data Bank of Korea, pada Juli lalu, konsumen Korsel menjadi kurang optimis tentang ekonomi di tengah melonjaknya kasus Covid-19 akhir-akhir ini. Memang, angka itu masih menunjukkan optimisme, lantaran masih di atas 100.
Berdasarkan pemodelan dan analisis Tradingeconomics, keyakinan Konsumen di Korsel diperkirakan mencapai 105,00 poin pada akhir kuartal ini. Sementara, dalam jangka panjang, Keyakinan Konsumen Korea Selatan diproyeksikan akan berada di sekitar 110,00 poin pada tahun 2022.
Kedua, selain data dari Korsel, pelaku pasar akan memperhatikan data pertumbuhan ekonomi final Jerman pada kuartal II 2021 yang akan dirilis pada pukul 13.00 WIB.
Produk domestik bruto (PDB) Jerman tumbuh sebesar 9,2 persen yoy atau 1,5 qoq (quarter-on-quarter/secara kuartalan) pada kuartal kedua tahun 2021, setelah mencatat lima periode kontraksi berturut-turut seiring adanya virus Covid-19. Kinerja ekonomi Jerman masih 3,4% di bawah level sebelum krisis pandemi atau pada kuartal keempat 2019.
Mengacu pada penjelasan Federal Statistical Office pada 30 Juli lalu, setelah krisis virus corona kembali menyebabkan penurunan kinerja ekonomi pada awal 2021 (-2,1% pada kuartal pertama), ekonomi Jerman mulai pulih pada kuartal kedua. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga dan pemerintah.

Â
Menurut prediksi Tradingeconomics, pertumbuhan ekonomi di Jerman diperkirakan sebesar 4,20% pada akhir kuartal ini. Adapun, menurut hitung-hitungan ekonometrik, dalam jangka panjang, tingkat pertumbuhan tahunan PDB Jerman diproyeksikan berada di posisi 1,70% pada 2022 dan 2,00% pada 2023.
Ketiga, pada Selasa malam pukul 21.00 WIB, Biro Sensus dan Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan AS akan mempublikasikan data penjualan rumah baru pada Juli. Konsensus pasar meramal angka penjualan rumah baru tersebut akan naik menjadi 0,69 juta pada bulan Juli, dari bulan sebelumnya 0,676 juta.
Â

Â
Pada Juni penjualan rumah baru AS ambles hingga ke level terendah selama 14 bulan terakhir atau sejak April 2020, di tengah kenaikan harga bahan material. Penurunan penjualan pada Juni itu juga menandai penurunan selama 3 bulan berturut-turut, setelah penjualan rumah baru sempat menyentuh 0,873 juta pada Maret 2020.
Melansir Reuters, kebijakan fiskal besar-besaran dan tingkat hipotek (mortgage) yang rendah turut mendorong permintaan perumahan, yang juga didorong oleh pandemi ketika jutaan orang Amerika bekerja dari rumah (WFH) dan mengambil kelas online.
Bisa dikatakan, pasar perumahan adalah salah satu 'pemain bintang ekonomi' selama pandemi, dengan berhasil membukukan pertumbuhan dua digit selama tiga kuartal berturut-turut. Namun, jelas Reuters, tren kenaikan itu kemungkinan akan berakhir pada kuartal kedua, seiring investasi residensial diyakini memiliki dampak netral pada produk domestik bruto (PDB).
Adapun dari dalam negeri, hari ini investor akan merespons keputusan pemerintah soal kebijakan perpanjangan PPKM di Jawa-Bali yang diumumkan pada Senin malam.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan, mulai 24 Agustus hingga 30 Agustus 2021 beberapa daerah bisa turun level PPKM dari level 4 ke level 3. Keputusan itu disampaikan Jokowi dalam video yang ditayangkan akun resmi Youtube Sekretariat Presiden, Senin (23/8).
"Untuk Pulau Jawa dan Pulau Bali, wilayah aglomerasi Jabodetabek, Bandung Raya, Surabaya Raya, dan beberapa wilayah kota lainnya sudah bisa berada pada level 3 mulai tanggal 24 Agustus 2021," ujarnya.
Dengan ini, wilayah seperti Jabodetabek akan mendapatkan pelonggaran tertentu dibandingkan dengan ketika pemberlakuan PPKM level 4.
Beberapa aturan untuk PPKM level 3, di antaranya warung makan/warteg, pedagang kaki lima dan sejenisnya diizinkan buka sampai dengan pukul 20.00 waktu setempat dengan maksimal pengunjung makan ditempat maksimal 25 persen.
Kemudian, kegiatan pada pusat perbelanjaan/mal/pusat perdagangan dibuka dengan kapasitas maksimal 50 persen sampai dengan pukul 20:00 waktu setempat; transportasi umum (kendaraan umum, angkutan massal, taksi (konvensional dan online) diberlakukan dengan pengaturan kapasitas maksimal 70 persen.
Selama sepekan terakhir 15 Agustus hingga 21 Agustus 2021, kasus Covid-19 tercatat bertambah 133.507 orang, atau turun 30% dari pekan sebelumnya.
Kementerian Kesehatan mencatat pada Senin (23/8) kasus Covid-19 bertambah 9.604 orang, sehingga totalnya 3,989 juta orang. Kabar baiknya, pasien sembuh juga terus bertambah 24.758 orang dan jauh lebih banyak dibandingkan kasus baru. Dengan begitu, pasien yang telah sembuh dari penyakit ini mencapai 3,571 juta orang.
Sementara, kasus kematian masih terus bertambah seiring dengan kasus baru yang terus bertambah. Kemarin, angka kematian bertambah 842 orang, sehingga totalnya 127.214 orang.
Penambahan angka kematian hari ini juga menjadi yang terendah sejak 16 Juli 2021, saat itu angka kematian sebanyak 826 orang dan terus menanjak menjadi 1.000 orang setiap harinya.
Tingginya penambahan pasien sembuh juga berkontribusi pada turunnya kasus aktif, yang pada Senin tercatat 290.764 orang, turun 15.996 orang.
Halaman 4>>
Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:
Keyakinan konsumen Korea Selatan (Korsel) (04.00 WIB)
Laju Pertumbuhan PDB Final Jerman (13.00 WIB)
Laju Pengangguran Afrika Selatan (16.30 WIB)
Penjualan Rumah Baru AS (21.00 WIB)
Berikut agenda emiten yang akan berlangsung hari ini:
Cum date Rights Issue PT Zebra Nusantara Tbk/ZBRA
RUPST Pool Advista Finance Tbk/POLA (09.00 WIB)
RUPST & RUPSLB PT Tifico Fiber Indonesia Tbk/TFCO (09.30 WIB)
RUPST & RUPSLB PT Delta Djakarta Tbk/DLTA (09.30 WIB)
RUPST PT Wicaksana Overseas International Tbk/WICO (10.00 WIB)
RUPST PT Summarecon Agung Tbk/SMRA (10.00 WIB)
RUPST & RUPLSB PT Dharma Samudera Fishing Industris Tbk/DSFI (10.00 WIB)
RUPST & RUPLSB PT RUPST & RUPLSB PT Dharma Samudera Fishing Industris Tbk/DSFI (10.00 WIB)
RUPSLB PT Darmi Bersaudara Tbk/KAYU (11.00 WIB)
RUPST dan RUPSLB PT Armidian Karyatama Tbk/ARMY (13.00 WIB)
RUPSLB PT Bank Syariah Indonesia Tbk/BRIS (13.30 WIB)
RUPST & RUPSLB PT Tirta Mahakam Resources Tbk/TIRT (14.00 WIB)
RUPST & RUPSLB PT Satria Mega Kencana Tbk/SOTS (14.00 WIB)
RUPST PT Golden Eagle Energy Tbk/SMMT (14.00 WIB)
RUPST PT J Resources Asia Pasifik Tbk/PSAB (14.00 WIB)
RUPSLB PT Kioson Komersial Indonesia Tbk/KIOS (14.00 WIB)
RUPST & RUPSLB PT Inocycle Technology Group Tbk/INOV (14.00 WIB)
RUPST & RUPSLB PT Arkha Jayanti Persada/ARKA (14.00 WIB)
Di bawah ini sejumlah indikator perekonomian nasional:
TIM RISET CNBC INDONESIA