
Akankah IHSG-Rupiah Menguat Hari Ini?

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kembali ditutup beragam dengan mayoritas menguat pada perdagangan Rabu (11/8/2021) waktu setempat, setelah inflasi Juli terbukti moderat sehingga memicu keyakinan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) belum akan terburu-buru menuju pengetatan.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,62% ke level 35.484,97 dan kembali mencetak rekor terbarunya, sedangkan S&P 500 bertambah 0,25% ke level 4.447,7. Namun, indeks Nasdaq Composite ditutup melemah 0,16% ke posisi 14.765,13.
Inflasi AS yang tercermin pada indeks harga konsumen (IHK) per Juli naik 5,4% (tahunan), atau sedikit di atas proyeksi ekonom dalam survei Dow Jones yang memperkirakan angka 5,3%. Inflasi bulanan di level 0,5% atau sesuai ekspektasi pasar.
Namun, inflasi inti-yang mengecualikan komponen barang yang harganya volatil seperti energi dan makanan-naik 0,3% (bulanan) atau masih lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 0,4%, Secara tahunan, inflasi inti Juli tercatat sebesar 4,3.
Harga mobil bekas, yang menjadi pendongkrak inflasi Juni lalu dengan melesat 10%, naik hanya 0,2% pada Juli. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun-yang jadi acuan pasar pun mengalami penurunan ke level 1,335%. Investor memilih mempertahankan aset mereka di pasar obligasi.
Data IHK menjadi acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Jika inflasi lebih tinggi ketimbang ekspektasi, bursa saham berpeluang tertekan karena The Fed kemungkinan mempercepat kebijakan tapering (pengurangan pembelian obligasi di pasar sekunder).
"Laju yang moderat itu cukup melegakan dan mendukung penilaian bahwa kenaikan harga akhir-akhir ini bersifat peralihan dan terkait pembukaan ekonomi," tutur Mike Loewengart, Direktur Pelaksana Strategi Investasi E*TRADE Financial, seperti dikutip CNBC International.
Sementara itu, harga minyak turun setelah Gedung Putih menyerukan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan sekutunya untuk menaikkan produksinya guna menopang pemulihan ekonomi dunia.
Harga kontrak berjangka minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok 1,36% menjadi US$ 69,25 per barel, sedangkan untuk harga minyak Brent ambruk 2% ke US$ 66,67/barel. Keduanya pekan lalu sempat bertengger di level US$ 70 per barel.
Pada Selasa lalu, indeks Dow Jones dan S&P 500 ditutup di level tertinggi baru setelah Senat AS meloloskan paket infrastruktur senilai US$ 1 triliun, yang memasukkan alokasi tambahan sebesar US$ 550 miliar di belanja sektor transportasi dan kelistrikan.
Reli ke rekor tertinggi untuk saham di AS masih terjadi, meskipun jumlah kasus Covid-19 meningkat di AS dan di seluruh dunia.
"Distribusi vaksin yang sudah meluas dan langkah-langkah menjaga jarak telah membantu membatasi dampak varian Delta, tetapi kami masih dapat melihat beberapa hambatan pada pertumbuhan ekonomi karena beberapa pembatasan diberlakukan kembali dan konsumen berpotensi menjadi lebih berhati-hati," kata Barry Gilbert, ahli strategi alokasi aset di LPL Financial, dilansir dari CNBC International.
"Meskipun kami mungkin melihat peningkatan volatilitas pasar karena varian Delta, namun kami yakin S&P 500 masih cenderung melihat lebih banyak keuntungan hingga akhir tahun." tambah Gilbert.
(chd/chd)