
Dunia Wait & See, Tunggu Arah Tapering The Fed Hari Ini

Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) dimulai malam tadi (WIB). Tengah malam ini rapat akan selesai dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dijadwalkan memberikan konferensi pers pukul 14:00 waktu setempat, atau 02:00 besok (WIB).
Semua mata dan telinga tertuju pada agenda konpers tersebut, yang biasanya berisikan pandangan terbaru mereka terkait kondisi ekonomi AS, inflasi dan pengangguran. Namun kali ini, pasar menunggu pernyataan tambahan soal tapering off atau pengurangan pembelian aset di pasar (quantitative easing/QE).
Di tengah suku bunga acuan nyaris nol, The Fed melakukan pembelian obligasi pemerintah dan surat utang beraset dasar (kredit pemilikan rumah/KPR) di pasar sekunder, dengan nilai minimal US$ 120 miliar per bulan. Tujuannya untuk memasok likuiditas bagi para investor, karena aset mereka dibeli sehingga mereka memegang dana tunai.
Harapannya sederhana. Dana tunai itu diputar ke sektor riil dan pasar modal AS atau ke negara lain, yang otomatis menciptakan suplai pendanaan. Ketika pendanaan tersedia, maka ekonomi AS-dan juga negara lain yang mendapat limpahan dana tunai itu-tentu akan berputar.
Namun yang kini terjadi, dana tersebut kesulitan mencari tempat aman dan menguntungkan untuk berbiak di kala pandemi. Tak heran, bursa AS mencetak reli selama pandemi dan memicu kekhawatiran bubble. Tak sedikit pula dana itu mengalir ke instrumen spekulatif seperti kripto.
Oleh karenanya, aksi pasok likuiditas The Fed dinilai tidak lagi terlalu mendesak. Pasar pun terbelah mengenai arah kebijakan soal tapering off. Analis Commonwealth Bank of Australia (CBA) Joe Capurso menilai jika The Fed mengindikasikan pengurangan program QE akan dilakukan dalam waktu dekat, maka dolar AS akan melesat lagi.
Sementara itu Kepala Riset Valas G10 Standard Chartered Steve Englander menilai tapering masih jauh, dengan menagcu pada pernyataan The Fed terkait inflasi. Meski inflasi di AS sangat tinggi (5.4%), tetapi The Fed berulang kali menyatakan hal tersebut hanya bersifat peralihan.
"Kami perkirakan ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan akan lebih bersabar melihat inflasi ketimbang beberapa pejabat The Fed lainnya, sebab perekonomian masih belum pulih dan pasar tenaga kerja lesu kembali," kata Englander, sebagaimana dikutip CNBC International.
Hanya saja, di antara dua opsi tersebut ada peluang besar bahwa tapering off dilakukan lebih cepat. Bukan tahun depan seperti perkiraan awal, melainkan tahun ini juga seperti sempat diindikasikan oleh beberapa pejabat The Fed. September akan menjadi waktu yang ideal.
Alasannya, The Fed telah memberikan sinyal pengurangan itu pada Agustus tahun lalu, di simposium Jackson Hole, sehingga pasar dinilai sudah mengantisipasi langkah itu, dan tak terjadi taper tantrum. Penundaan pengurangan pembelian surat berharga itu
Di masa tunggu ini, para investor pun cenderung gamang mengambil posisi terlalu agresif atas saham-saham unggulan. Aksi beli yang konsisten hanya akan terjadi didorong oleh isu aksi korporasi pasar, dan pada saham-saham berbasis komoditas energi. Tidak heran, saham bank buku IV di Indonesia kemarin cenderung tertekan, setelah pada Senin tertekan.
(ags/sef)