Newsletter

PPKM Diperpanjang Tapi Longgar, IHSG Terbang Hari Ini?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
26 July 2021 06:35
Konferensi Pers Evaluasi dan Penerapan PPKM (Tangkapan Layar Youtube PerekonomianRI)
Foto: Konferensi Pers Evaluasi dan Penerapan PPKM (Tangkapan Layar Youtube PerekonomianRI)

Sentimen mayor yang bakal mempengaruhi selera risiko para investor hari ini terutama adalah keputusan pemerintah untuk memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan itu dalam keterangan pers dari Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Minggu (25/7/2021). "Saya memutuskan untuk melanjutkan penerapan PPKM level 4 dari tanggal 26 Juli sampai dengan 2 Agustus 2021," ujarnya.

Meski demikian, pelonggaran dilakukan di beberapa sektor. Pasar rakyat yang menjual sembako bisa beroperasi, tetapi dengan protokol kesehatan ketat. Selain itu usaha kecil juga boleh dibuka hingga pukul 21:00, dan warung makan atau sejenisnya diizinkan buka hingga pukul 20:00 WIB, dan boleh makan ditempat dengan protokol kesehatan ketat maksimal 20 menit per pengunjung.

Dalam keterangan pers selanjutnya, Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan mal dan pusat perdagangan bisa buka hingga pukul 17:00 dengan kapasitas 25%.

Kebijakan tersebut diambil di tengah masih tingginya kasus Covid-19 akibat masuknya varian delta ke Indonesia. Per hari Minggu kemarin, kasus baru Covid-19 dilaporkan menimpa 38.679 orang, atau turun dari posisi sehari sebeumnya 45.416 orang tetapi masih jauh dari target pemerintah sebanyak 10.000.

Di tengah kondisi demikian, pelaku pasar akan dipaksa untuk memutar ulang aset sahamnya, dengan memburu saham-saham berbasis pertumbuhan, untuk mengejar momentum pertumbuhan jangka pendek. Saham komoditas, saham berbasis teknologi dan bank digital berpeluang kembali menjadi kutub aksi jual-beli, sementara saham siklikal seperti konsumer dan properti tertekan.

Pola serupa telah terjadi di bursa AS pekan lalu, di mana Nasdaq meroket hingga nyaris 3% manakala Dow Jones tumbuh hanya 1%. Investor memanfaatkan risiko kenaikan kasus Covid-19 sebagai momentum untuk memburu saham teknologi, yang terbukti diuntungkan tatkala terjadi pengetatan aktivitas publik.

Sejauh ini, efek pengetatan akibat kenaikan kasus Covid-19 tercermin dari kenaikan klaim tunjangan pengangguran yang dirilis pekan lalu, sebanyak 419.000, atau jauh lebih tinggi dari hasil polling Reuters terhadap para ekonom yang memperkirakan sebanyak 350.000 klaim.

"Data tersebut menunjukkan bukti adanya pelambatan ekonomi," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (22/7/2021).

Di tengah situasi demikian, saham Facebook melesat lebih dari 5% pada Jumat pekan lalu, sementara Alphabet (induk usaha Google) meroket 3%. Keduanya akan merilis kinerja keuangan per kuartal II-2021 pekan ini berbarengan dengan Apple, Microsoft dan Amazon.

Di sisi lain, situasi demikian bakal membantu mengurangi tekanan rupiah. Jika pada Juni lalu bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyatakan ada peluang kenaikan suku bunga acuan tahun depan, maka kondisi terbaru ini membuat peluang itu mengecil. Suku bunga AS yang tinggi memang bakal memukul daya tarik rupiah.

The Fed akan mengadakan rapat kebijakan moneter pekan ini, yang akan menjadi perhatian pelaku pasar, karena bakal berisi pandangan terbaru mereka terhadap kondisi ekonomi, serta peluang tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular