
Covid RI Cetak Rekor (Lagi)! Ekonomi Samar-Kesehatan Ambyar

Dari dalam negeri, sentimen penggerak utama pasar tak lain dan tak bukan adalah kasus Covid-19 yang kembali memecahkan rekor menembus 50 ribu kasus per hari dan kembali menjadi juara dunia kenaikan kasus corona harian tertinggi.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sejak kemarin pukul 12.00 hingga hari ini Rabu (14/7/2021) pukul 12.00 WIB, kasus baru Covid-19 bertambah 54.517 pasien. Rekor hari ini memecahkan rekor kemarin yang menembus 47.899 kasus. Hingga hari ini total konfirmasi positif di Indonesia menembus 2,67 juta.
Sementara itu, kasus kematian bertambah 991 orang sehingga total menjadi 69.210 orang. Ini merupakan kasus kematian Covid-19 yang cukup tinggi di Indonesia dalam sehari.
Kembali pecahnya rekor Covid-19 ini di terjadi tengah hari ke 12 penerapan PPKM Darurat. Kasus Covid-19 di Indonesia belum melandai malah terus meroket. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai apakah PPKM Darurat akan diperpanjang setelah 20 Juli mendatang.
Rekor Covid-19 yang terjadi secara beruntun di tengah pemberlakuan PPKM Darurat juga membuat para pelaku pasar bertanya-tanya akan efektifitas PPKM Darurat apalagi secara ekonomi PPKM Darurat jelas akan menganggu pertumbuhan ekonomi sehingga ditakutkan meski ekonomi sudah 'dikorbankan' Covid-19 masih tak dapat ditekan.
Bahkan akibat pemberlakuan PPKM Darurat pemerintah merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 dari 4,3-5,3% menjadi 3,7-4,5%. BI juga menurunkan 'ramalan' dari 4,1-5,1% menjadi 3,8%. Sebagai catatan, angka ini tentunya dalam kasus pasca PPKM Darurat kasus Covid-19 dapat ditekan sesuai target ke bawah 10 ribu kasus per hari.
"Asesmen awal kami menunjukkan kalau PPKM Darurat ini kita lakukan selama satu bulan dan bisa menurunkan Covid-19 secara baik, pertumbuhan ekonomi kita akan turun sekitar 3,8 persen," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR, belum lama ini.
Dari sisi rilis data di dalam negeri, hari ini akan dirilis data Neraca Dagang RI bulan Juni 2021. Dimana konsensus memprediksikan neraca dagang masih akan surplus US$ 2,7 miliar naik dari posisi bulan lalu di angka US$ 2,3 mliar.
Sementara itu dari China, Negeri Panda akan merilis angka pertumbuhan ekonomi kuartal kedua. Konsensus memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua akan berada di angka 8,1%, turun jauh dari posisi kuartal pertama di angka 18,3%.
Melambatnya perekonomian China terjadi karena harga bahan baku yang naik memberatkan pabrik-pabrik di China dan kembali melesatnya kasus Covid-19 menyebabkan pengeluaran konsumsi kembali turun.
(trp/trp)