
Kasus Covid RI Hampir 50 Ribu Sehari, #DiRumahAja Yuk!

Bursa saham acuan global Wall Street, ditutup ambruk dini hari tadi setelah kemarin terus-terusan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Koreksi Wall Street pada dini hari tadi selain karena investor yang melakukan aksi profit taking, rilis data ekonomi dimana angka inflasi membengkak parah membawa ketakutan sendiri di kalangan para pelaku pasar
Data perdagangan mencatat, indeks acuan Dow Jones ambruk 0,31% ke level 34.889, indeks acuan S&P 500 juga terpaksa terkoreksi 0,35% ke level 4.369, indeks acuan Nasdaq dengan komponen saham teknologi juga tak mampu selamat setelah terdepresiasi 0,38% ke level 2.235.
Inflasi Juni di AS dilaporkan melesat 5,4% secara tahunan dengan inflasi inti 4,5%. Angka itu jauh lebih tinggi dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang berujung pada inflasi tahunan 5%. Sementara itu untuk inflasi inti yang tidak memasukkan komponen makanan dan energi berada di angka 3,8%--tertinggi sejak September 1991.
"Indeks Harga Konsumen Juni yang panas membuat pasar waswas pagi ini," tutur Cliff Hodge, Kepala Investasi Cornerstone Wealth, seperti dikutip CNBC International.
Saham-saham di sektor finansial menjadi pemberat laku pasar modal Paman Sam meskipun rilis data kinerja keuangan kuartal kedua raksasa finansial ini terbilang cukup oke. JPMorgan dan Goldman Sachs melaporkan kinerja keuangan kuartal kedua yang ternyata lebih baik daripada ekspektasi analis, meskipun ketidakpastian akan permintaan pinjaman kembali meningkat.
Bos bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell dijadwalkan berpidato di depan anggota Kongres pada Rabu dan Kamis tentang kebijakan moneter. Sejauh ini dia menyatakan kebijakan uang longgar akan dipertahankan hingga ada perbaikan data tenaga kerja dan target inflasi.
(trp/trp)