
Kabar Baik Nih Bagi IHSG, Tapering The Fed "Slow but Sure"

Penantian pelaku pasar mengenai kapan tapering akan dilakukan masih belum terjawab. Tetapi setidaknya notula rapat kebijakan moneter The Fed menunjukkan hal tersebut tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Wall Street pun kembali menguat, dan tentunya mengirim sentimen positif ke pasar Asia, termasuk IHSG pada perdagangan Kamis (8/7/2021).
Notula yang dirilis dini hari tadi menunjukkan The Fed memang sudah membahas mengenai tapering, tetapi tidak akan buru-buru melakukannya. Artinya, tapering kemungkinan besar tidak dilakukan di tahun ini.
Mayoritas komite pembuat kebijakan moneter (FOMC) sepakat perekonomian harus menunjukkan "kemajuan substansial lebih jauh" sebelum The Fed mulai mengetatkan kebijakan moneter. Meski ada beberapa anggota FOMC yang melihat pemulihan ekonomi jauh lebih cepat dari perkiraan, dan inflasi yang sangat tinggi, sehingga The Fed perlu "menarik pedal gas".
Seperti diketahui sebelumnya, dalam rapat kebijakan moneter Juni lalu, The Fed merubah proyeksi kenaikan suku bunganya menjadi tahun 2023, dari sebelumnya tahun 2024. Bahkan beberapa pejabat The Fed melihat kemungkinan suku bunga dinaikkan pada tahun depan.
Namun, yield Treasury AS justru terus mengalami penurunan. Hal tersebut mematahkan prediksi banyak pihak, jika yield Treasury akan terus menanjak. Seperti disebutkan sebelumnya, yield Treasury tenor 10 tahun berada di 1,322%, level terendah sejak pertengahan Februari, serta sudah mengalami penurunan dalam 7 hari beruntun.
Bahkan tren penurunan sudah dimulai sejak yield Treasury mencapai level tertinggi pra pandemi 1,776% pada 30 Maret lalu. Saat The Fed mengumumkan kebijakan moneter pertengahan Juni lalu, yield sempat mengalami kenaikan lagi, tetapi hanya berlangsung sesaat dan kembali longsor.
Penurunan yield tersebut terjadi akibat pelaku pasar cemas perekonomian AS yang berbalik arah, apalagi virus corona masih memberikan ketidakpastian. Alhasil, meski banyak pelaku pasar yang kembali masuk ke pasar obligasi, meski yield-nya tidak menarik, yang penting adalah keamanan. Treasury AS merupakan salah satu aset yang dianggap safe haven.
Penurunan yield Treasury semakin tajam setelah The Fed mengindikasikan tidak akan terburu-buru melakukan tapering.
Turunnya yield Treasury bisa menunjukkan pelaku pasar kurang pede terhadap outlook perekonomian AS. Tetapi di sisi lain, akan memberikan keuntungan bagi SBN, sebab selisih yield-nya menjadi melebar. Pelaku pasar yang lebih berani mengambil risiko dengan imbal hasil yang tinggi tentunya akan mengalirkan modalnya ke pasar obligasi Indonesia.
Hal tersebut tentunya tidak hanya membuat harga SBN naik, tetapi juga menguntungkan bagi rupiah, meski masih harus menghadapi kuatnya dolar AS.
Indeks dolar AS kembali menguat 0,17% ke 92,705 pada perdagangan Rabu, dan berada di level tertinggi sejak 5 April.
Pergerakan yield Treasury dengan dolar AS biasanya beriringan, tetapi belakangan ini malah berlawan arah.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari ini (2)
(pap/pap)