
Tapering Masih Jauh Bung! BI Aman, Pasar Bakal Ambil Peluang

Bursa saham Amerika Serikat (AS) anjlok pada penutupan perdagangan Rabu (16/6/2021), merespons pernyataan bank sentral (Federal Reserve/The Fed) yang akan menaikkan suku bunga acuan hingga dua kali pada 2023.
Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) mengubah sikapnya dengan mempercepat rencana penaikan suku bunga acuan, setelah sebelumnya menyatakan tidak berencana melakukan itu setidaknya sebelum 2023 terlewati.
Indeks Dow Jones Industrial Average pun merosot 265,7 poin (+0,8%) menjadi 34.033,67 setelah sempat drop hingga 382 poin ketika Ketua The Fed Jerome Powell berpidato. Indeks S&P 500 melemah 0,5% ke 4.223,7 menyusul koreksi saham konsumer, sementara Nasdaq surut 0,2% menjadi 14.039,68 setelah sempat drop 1,2%.
"Pasar tak mengekspektasikan ini... The Fed kini memberikan sinyal bahwa suku bunga acan bakal perlu naik lebih dini dan lebih cepat... ini agak berselisih dengan klaim sebelumnya tentang kenaikan inflasi yang sifatnya sesaat," tutur Wakil Kepala Ekonom Aberdeen Standard Investments James McCann, seperti dikutip CNBC International.
Wells Fargo Investment Institute dalam proyeksi 2021 menyebutkan pemulihan ekonomi akan terakselerasi pada tahun depan berkat vaksinasi. Risiko yang membayangi adalah inflasi, pajak, dan suku bunga acuan meski dinilai belum akan mengganggu pergerakan pasar. Artinya, pertumbuhan ekonomi bukan lagi persoalan, melainkan inflasi.
Saham siklikal (yang diuntungkan dari pembukaan kembali ekonomi) pun menghijau seperti maskapai Royal Caribbean yang melesat nyaris 2%, emiten kapal pesiar Norwegian Cruise Linemeroket 3% sementara maskapai penerbangan United Airlines dan American Airlines menguat.
Powell dalam pernyataannya mengakui bahwa inflasi bisa melesat lebih cepat dari ekspektasi bank sentral sebelumnya. Target inflasi pun dinaikkan menjadi 3,4% pada 2021, naik 100 persen poindari proyeksi Maret meski masih menilai tekanan inflasi tersebut bersifat "sesaat."
"Seiring dengan pembukaan kembali ekonomi, perubahan permintaan bisa besar dan cepat dan memicu penyumbatan, kesulitan pembukaan lapangan kerja dan kendala lain bisa terus membatasi kecepatan suplai dalam menyesuaikan, memicu kemungkinan inflasi bisa lebih tinggi dan lebih menetap dari yang kami perkirakan," ujarnya.
Terkait dengan kemungkinan pengurangan pembelian (tapering) surat berharga di pasar sekunder, The Fed tak memberikan indikasi waktu pelaksanannya dan hanya menyatakan bahwa mereka akan memberikan "pemberitahuan awal" sebelum mengumumkan kebijakan tersebut. Saat ini The Fed membeli surat berharga di pasar senilai US$ 120 miliar per bulan.
(ags/ags)