Newsletter

Varian Delta Jadi Momok Pasar Modal RI, Ada 'Damai' Hari Ini?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
15 June 2021 06:50
wall street
Foto: Reuters

Aksi cetak rekor tertinggi kembali terjadi di bursa saham AS. Setelah pada Senin kemarin indeks S&P 500 mencetak rekor tertinggi baru dengan menguat 0,4%, kali ini aksi cetak rekor juga terjadi pada indeks Nasdaq yang bertambah 0,7% menjadi 14.174,14 dini hari tadi.

Indeks yang berisi saham raksasa teknologi ini melibas rekor tertingginya yang semula dicetak pada 26 April. Indeks S&P 500 juga menyentuh rekor tertinggi baru setelah menguat 0,2% ke 4.255,15. Sebaliknya, indeks Dow Jones malah melemah, sebesar 0,3%, menjadi 34.393,75.

Investor kembali masuk ke saham-saham berbasis pertumbuhan seperti teknologi menyusul penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun ke bawah 1,43% akhir pekan lalu. Itu merupakan level terendah dalam 3 bulan.

Sebagai catatan, koreksi imbal hasil memberikan peluang penurunan biaya pendanaan emiten teknologi, yang secara alamiah memang rakus pendanaan berbasis surat utang. Jika biaya kupon obligasi berkurang, maka meningkat pula profitabilitas mereka.

Saham Apple dan Netflix kompak melonjak hingga 2% lebih, disusul Amazon, Microsoft dan Facebook yang naik. Di sisi lain, saham Tesla menguat 1,3% di penutupan, menyusul kenaikan harga Bitcoin yang menembus angka US$ 40.000/keping.

Harga mata uang kripto tersebut naik berkat komentar CEO Tesla Elon Musk yang menyebutkan akan menerima pembayaran dalam mata uang kripto terlaris itu, dengan dalih penambangannya sudah menggunakan energi ramah lingkungan. Tesla memiliki Bitcoin dalam aset investasinya.

Pasar masih memantau rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan dimulai malam ini. Meski bank sentral diprediksi tak akan mengubah suku bunga acuan, tetapi komennya seputar inflasi dan laju pembelian The Fed atas surat berharga bakal menggerakkan pasar. Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan berpidato usai rapat tersebut.

"Karena pasar terus bergerak memantau arah aksi The Fed dan inflasi yang membayangi, kita bakal terus melihat narasi [tentang tren sepinya transaksi pada bulan Juni] terus terjadi dalam jangka pendek," tutur Direktur Pelaksana E-Trade Financial Chris Larkin, dikutip CNBC International.

Jika ada sinyal yang menunjukkan bahwa kebijakan moneter ketat berpeluang diambil tahun ini, atau lebih cepat dari proyeksi sebelumnya pada 2023 atau pengurangan (tapering) pembelian obligasi benar dilakukan dalam waktu dekat, maka Wall Street akan bergerak volatil.

(ags/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular