Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri bervariasi pada perdagangan Rabu (2/6/2021), meski data dari dalam negeri menunjukkan bangkitnya perekonomian. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses melesat 1,41% ke 6.031,578, yang merupakan level tertinggi sejak 20 April lalu. IHSG sukses melanjutkan kinerja impresif di awal pekan saat menguat 1,67%. Artinya dalam 2 hari perdagangan bursa kebanggaan Tanah Air "standing dan terbang" lebih dari 3%.
Kenaikan tajam IHSG tersebut berisiko memicu aksi ambil untung (profit taking) pada perdagangan hari ini, Kamis (3/6/2021). Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG, rupiah hingga obligasi akan dibahas pada halaman 3.
Dari lantai bursa, investor asing kembali memborong kemarin, data pasar mencatat aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 594 miliar, dengan nilai transaksi hampir Rp 15 triliun.
Sementara itu nilai tukar rupiah berakhir stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) di Rp 14.275/US$, meski di awal perdagangan sempat menguat 0,32%.
Kemudian dari pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) bervariasi ada yang turun ada yang naik. Yield SBN yang mengalami penurunan yakni tenor 1, 5, 20, dan 30 tahun.
Sebelum perdagangan kemarin dibuka, IHS Markit merilis data aktivitas sektor manufaktur bulan Mei yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI). Data menunjukkan PMI manufaktur Indonesia bulan Mei sebesar 55,3, melesat dibandingkan bulan sebelumnya 54,6.
PMI manufaktur di bulan April tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang masa, artinya di bulan Mei rekor tersebut pecah lagi.
Terus meningkatnya ekspansi sektor manufaktur tentunya menjadi kabar bagus bagi Indonesia, dan memperkuat optimisme akan lepas dari resesi di kuartal II-2021. Sektor manufaktur sendiri berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Mei 2021. Hasilnya tidak jauh dari ekspektasi pasar.
BPS melaporkan terjadi inflasi 0,32% pada Mei 2021 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sementara dibandingkan Mei 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi tercatat 1,68%.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan laju inflasi bulan kelima tahun ini di 0,305% mtm. Sementara laju inflasi dibandingkan Mei 2020 diperkirakan sebesar 1,67%.
Inflasi inti dilaporkan tumbuh 1,37% YoY, sama persis dengan konsensus. Kenaikan inflasi tersebut bisa menjadi indikasi daya beli masyarakat yang membaik.
Namun di sisi lain, ketika inflasi mulai naik maka obligasi menjadi kurang menarik, sebab real return menjadi lebih rendah. Hal tersebut membuat harga SBN bervariasi kemarin.
Meski demikian, lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara kemarin ramai peminat. Dalam proses lelang tersebut, permintaan (demand) investor yang masuk kembali sebesar Rp 44,6 triliun, jauh lebih tinggi dari lelang sebelumnya yang digelar pada tanggal 4 Mei lalu sebesar Rp 19,9 triliun.
Dari total penawaran masuk, yang dimenangkan sebesar Rp 11 triliun, lebih tinggi dari target indikatif pemerintah Rp 10 triliun.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Tunggu Data Tenaga Kerja, Wall Street Naik Tipis-Tipis
Bursa saham AS (Wall Street) menguat tipis-tipis pada perdagangan Rabu waktu setempat. Saham-saham sektor energi memimpin penguatan berkat kenaikan harga minyak mentah.
Indeks Dow Jones penguatannya paling tipis 0,07% ke 34.600,38, kemudian Nasdaq 0,14% ke 13.756,33, dan S&P 500 0,2% ke 4.208,12. Ketika indeks utama tersebut berada di dekat rekor tertinggi sepanjang masa.
Wall Street yang bergerak tipis-tipis di pekan ini menjadi indikasi pelaku pasar menanti rilis data tenaga kerja AS pada hari Jumat besok. Hasil survei dari Dow Jones memperkirakan sepanjang bulan Mei perekonomian AS mampu menambah 671.000 pekerja, naik dari bulan sebelumnya 266.000 tenaga kerja.
Data tenaga kerja merupakan salah satu indikator kesehatan ekonomi AS, sehingga berdampak signifikan ke pasar saham.
Selain itu Kekhawatiran inflasi dan bagaimana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyikapi memperberat sentimen pasar.
"Ekspektasi inflasi juga naik melampaui yang bisa dicapai dalam jangka pendek. Inflasi dalam pandangan kami sedang berayun dan akhirnya melampaui target The Fed," tulis Kepala Perencana Saham Morgan Stanley Mike Wilson dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melesat lagi 1,5% ke US$ 68,75/barel yang merupakan level tertinggi dalam lebih dari 2 tahun terakhir. Ekspektasi meningkatnya permintaan saat bensin saat musim panas di AS memicu kenaikan tersebut.
"Meski ada kecemasan akan pengetatan pembatasan sosial akibat peningkatan kasus Covid-19 di beberapa wilayah Asia, tetapi pasar sepertinya fokus pada potensi peningkatan permintaan di Amerika Serikat dan Eropa," tulis analis dari ING Economics dalam sebuah catatan, sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (1/6/2021).
"Di AS, periode berkendara saat musim panas resmi dimulai setelah Memorial Day di awal pekan, dan kita memasukinya saat persediaan bensin sedang dalam tren menurun, dan tidak jauh dari level terendah dalam lima tahun terakhir," tambahnya.
Emiten energi sukses membukukan penguatan cukup tajam, saham Occidental Petroleum naik sekitar 2,7%, kemudian Marathon Oil 0,9%.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Sentimen Penggerak Pasar Hari ini
Optimisme bangkitnya perekonomian Indonesia dan global masih menjadi sentimen positif ke pasar saham. Meski demikian, patut diwaspadai aksi profit taking melihat IHSG yang sudah melesat lebih dari 3% di pekan ini. Apalagi, Wall Street menguat tipis-tipis kemarin, sehingga kurang memberikan inspirasi bagi pasar saham Asia.
Sektor manufaktur global yang menunjukkan peningkatan ekspansi semakin memperkuat optimisme bangkitnya perekonomian. Seperti disebutkan sebelumnya, IHS Markit melaporkan PMI manufaktur Indonesia mencatat ekspansi tertinggi sepanjang sejarah di 55,3.
"Dua komponen utama penyumbang kenaikan PMI adalah produksi (output) dan pemesanan baru (new orders). Perusahaan membukukan peningkatan permintaan yang signifikan, didukung oleh permintaan eksternal yang tumbuh dua bulan beruntun. Untuk memenuhi permintaan, dunia usaha meningkatkan pembelian bahan baku/penolong," sebut keterangan tertulis IHS Markit.
Ada kabar baik lain yaitu lapangan kerja mulai semakin tercipta. Dunia usaha akhirnya melakukan ekspansi tenaga kerja untuk kali pertama dalam 15 bulan terakhir untuk memenuhi peningkatan produksi.
Sementara itu, ekonom Universitas Indonesia (UI), Fithra Faisal menyebutkan laju inflasi Mei 2021 yang naik masih sesuai dengan ekspektasi BI dan konsensus pasar sehingga target pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi Q2-2021 di atas 7% sangat mungkin tercapai.
Sementara itu dari eksternal, perhatian tertuju pada data tenaga kerja Amerika Serikat. Maklum saja, data tenaga kerja merupakan salah satu indikator bagi The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter, selain juga inflasi.
Inflasi di AS sudah melesat naik. Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (28/5/2021) lalu melaporkan data inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE). Data tersebut merupakan inflasi acuan The Fed.
Inflasi PCE inti dilaporkan tumbuh 3,1% year-on-year (yoy) di bulan April, jauh lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya 1,8% yoy. Rilis tersebut juga lebih tinggi ketimbang hasil survei Reuters terhadap para ekonomi yang memprediksi kenaikan 2,9%. Selain itu, rilis tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak Juli 1992, nyaris 30 tahun terakhir.
Setelah inflasi, jika data tenaga kerja AS juga menunjukkan perbaikan yang signifikan, maka ekspektasi The Fed akan segera mengetatkan kebijakan moneternya akan kembali muncul.
Ekspektasi tersebut dapat memicu koreksi di pasar saham, dolar AS akan berbalik menguat dan rupiah serta SBN mengalami tekanan. Kemarin, indeks dolar AS sempat menguat hingga 0,46%, sebelum terpangkas dan berakhir di 89,904 atau menguat 0,08% saja. Pergerakan tersebut setidaknya menunjukkan ada potensi penguatan dolar AS merespon data tenaga kerja nantinya.
Oleh karena itu, pelaku pasar akan lebih berhati-hati jelang rilis data tenaga kerja AS versi Automatic Data Processing (ADP) Inc. malam ini, dan versi pemerintah AS Jumat besok.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Data dan Agenda Berikut
Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:
- Penjualan ritel dan neraca dagang Australia (8:30 WIB)
- PMI sektor jasa China versi Caixin (8:45 WIB)
- PMI sektor jasa Jerman (14:55 WIB)
- PMI sektor jasa Inggris (15:30 WIB)
- Data tenaga kerja AS versi ADP (19:15 WIB)
- Data klaim tunjangan pengangguran AS (19:30 WIB)
- PMI sektor jasa AS versi ISM (21:00 WIB)
- Stok Minyak Mentah AS (22.00 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
TIM RISET CNBC INDONESIA