
Ekspor 'Diramal' Meroket 43%, RI Mau Jadi Orang Kaya!

Kenaikan ekspor yang impresif mampu meredam impor yang juga diperkirakan naik sampai lebih dari 30%. Kenaikan impor adalah pertanda bahwa industri dalam negeri sedang bergairah, karena mayoritas impor merupaka bahan baku/penolong dan barang modal untuk keperluan produksi dalam negeri.
Gairah industri dalam negeri terlihat dari data Purchasing Managers' Index (PMI). IHS Markit melaporkan, PMI manufaktur Indonesia pada April 2021 berada di 54,6. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang pencatan PMI yang dimulai pada April 2011.
"Produksi manufaktur Indonesia kembali meningkat pada April, seiring permintaan yang sangat kuat. Tidak hanya dari dalam negeri, permintaan ekspor pun menunjukkan perbaikan.
"Namun yang aga mengecewakan adalan walau ada peningkatan pemesanan, tetapi perusahaan mash ragu untuk menambah tenaga kerja. Meski demikian, seiring dengan meningkatnya beban kerja diharapkan perusahaan mulai percaya diri untuk menambah karyawan pada bulan-bulan ke depan," sebut Andrew Harker, Economics Director IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Dengan neraca perdagangan yang terus mengalami surplus, ada harapan transaksi berjalan (current account) Indonesia tetap kuat. Meski kemungkinan kembali defisit pada kuartal I-2021, tetapi masih terkendali di bawah 1% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Oleh karena itu, kinerja perdagangan yang kuat ini tidak hanya akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi tetapi juga stabilitas nilai tukar rupiah. Pasokan valas yang mumpuni dari sektor perdagangan akan menjadi modal buat rupiah agar tidak mudah 'digoyang'.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)