
Maaf! Wall Street Kurang Bersahabat, Saatnya Lirik Jepang

Inflasi layaknya suhu tubuh manusia. Harus dijaga stabil di kisaran optimal. Inflasi yang terlalu tinggi (inflasi) maupun terlalu rendah (deflasi) buruk bagi perekonomian. Seperti halnya ketika kepanasan ataupun menggigil kedinginan.
Inflasi adalah fenomena ekonomi yang dijumpai sehari-hari yang berarti penurunan nilai dari suatu mata uang. Inflasi juga menggerus imbal hasil dari investasi di suatu aset.
Kelas aset yang berisiko cenderung tak diuntungkan ketika inflasi meningkat tajam yang memicu bank sentral untuk ambil langkah pengetatan melalui pengaturan likuiditas dan suku bunga.
Kecemasan akan inflasi yang tinggi dan juga anjloknya harga saham-saham teknologi membuat Wall Street ditutup melemah. Indeks Dow Jolnes turun 0,2%. Indeks S&P 500 turun 0,3% sementara Nasdaq yang tergolong heavy tech stock ambles lebih dalam hingga 0,4%.
Di tengah ancaman inflasi yang tinggi, valuasi harga saham di AS yang sudah tergolong mahal juga menjadi risiko besar ketika ingin berinvestasi di jalur tersebut. Hal ini juga diperingatkan oleh managing director bank investasi global yakni Nikolaos Panigirtzoglou.
"Peristiwa minggu lalu tidak hanya merupakan tanda peringatan tentang bagaimana angka inflasi yang tinggi, tetapi juga tanda peringatan tentang bagaimana pasar ekuitas yang overbought telah menjadi," kata Nikolaos.
Kalau dilihat dari tren harga yang terus mencetak rekor, Wall Street memang sudah berada di area jenuh beli. Banyak yang mengatakan reli pasar saham tak akan terjadi dalam jangka panjang karena banyak aksi spekulasi yang menyebabkan bubble.
Harga yang sudah ketinggian tentu menurunkan minat beli. Lagipula 'pasar' yang terus bergerak menjauhi realita kodisi ekonomi riil semakin mendukung gagasan bahwa pasar sudah bercerai dari ekonomi riil. Sekilas tampak benar dan make sense. Namun sebenarnya tak sesederhana itu.
Well, setidaknya ada dua hal yang bisa ditarik garis lurusnya yaitu valuasi saham-saham AS terutama teknologi yang sudah sebegitu tinggi dibarengi dengan prospek kenaikan inflasi tentu saja menjadi risiko yang harus dikalkulasi dengan cermat.
(twg/sef)