Newsletter

Pasar Keuangan Tunggu Arahan 'Dewa-dewa' Moneter Thamrin

Putra, CNBC Indonesia
20 April 2021 06:12
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona merah pada perdagangan Senin (19/4/2021). Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut berakhir melemah 0,55% ke level 6.052,54.

Data perdagangan mencatat sebanyak 209 saham menguat, 271 melemah dan 169 lainnya stagnan. Nilai transaksi hari ini kembali menyusut menjadi Rp 9,3 triliun. Tercatat investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) di pasar reguler sebesar Rp 193 miliar.

Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur pada bulan ini. Salah satu faktor yang tentunya akan menjadi pertimbangan MH Thamrin adalah stabilitas nilai tukar rupiah.

Gubernur Perry Warjiyo dan kolega dijadwalkan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 19-20 April 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI-7 Day Reverse Repo Rate masih bertahan di level 3,5%.

Dari 11 institusi yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, seluruhnya menyatakan demikian. Alias, tidak ada dissenting opinion.

"Setelah mempertahankan suku bunga bulan lalu, kami merasa bahwa BI cukup nyaman dalam menjaga selisih suku bunga di tengah pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS). Selain itu, bank sentral juga masih meyakini bahwa masih ada ruang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga denganBI 7 Day Reverse Repo Rate di posisi yang sekarang. Oleh karena itu, posisi kami adalah BI akan terus mempertahankan suku bunga sepanjang 2021," papar riset Citi.

Kemudian, Citi juga menilai stabilitas nilai tukar rupiah akan menjadi pertimbangan BI. Sebagai catatan, rupiah melemah 1,11% di hadapan dolar AS dalam sebulan terakhir. Sejak akhir 2020 (year-to-date), depresiasi rupiah mencapai 3,7%.

Di pasar mata uang, nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga perdagangan Senin (19/4/2021). Indeks dolar AS yang sedang tertekan membuat rupiah mampu menguat, meski terpangkas ketimbang pagi tadi.

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melesat 0,41% ke Rp 14.500/US$. Sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat bagi rupiah hari ini, dan rupiah sempat stagnan di Rp 14.560/US$.

Rupiah di penutupan perdagangan berakhir di Rp 14.545/US$, menguat 0,1% di pasar spot. Penguatan tajam rupiah di awal perdagangan terjadi setelah indeks dolar AS yang merosot dalam dua pekan terakhir.

Sepanjang pekan lalu indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut turun 0,66% ke 91,556 yang merupakan level terendah dalam 1 bulan terakhir. Di pekan sebelumnya indeks dolar AS juga anjlok 0,92%. Artinya dalam 2 pekan mengalami penurunan lebih dari 1,5%.

Indeks dolar AS tertekan setelah ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, pada Rabu lalu yang menyebutkan perekonomian AS memang sudah membaik, dan inflasi juga akan terus naik. Tetapi hal tersebut masih belum cukup bagi The Fed untuk menaikkan merubah kebijakan moneternya, yang masih akan dipertahankan hingga krisis berakhir.

Melihat rupiah yang tidak pernah menguat dalam sembilan pekan terakhir, dan indeks dolar AS yang turun selama 2 pekan, maka wajar terjadi penguatan tajam di awal perdagangan hari ini.

Sementara itu, Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi pada perdagangan Senin (19/4/2021). Investor di pasar obligasi pemerintah Indonesia sedang menanti keputusan dari Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) terkait kebijakan suku bunganya pada periode April 2021.

Sikap investor kembali beragam, di mana pada SBN acuan bertenor 1 tahun, 15 tahun, dan 30 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan pelemahan harga dan kenaikan imbal hasilnya (yield). Sedangkan SBN sisanya ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan penguatan harga dan penurunanyield.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) berakhir di zona merah pada perdagangan Senin (19/4/2021), setelah aksi pecah rekor mewarnai Wall Street pada perdagangan pekan lalu.

Tercatat indeks acuan Dow Jones tumbang 0,36%, indeks acuan S&P 500 turun 0,53%, sedangkan indeks Nasdaq terkoreksi paling parah yakni 0,98%.

Pasar saham AS merah merona setelah saham-saham konsumer dan teknologi Paman Sam dilego oleh investor jelang minggu yang sibuk ini karena emiten-emiten teknologi raksasa Wallstreet siap melaporkan kinerja keuanganya.

Aksi lego ini menyebabkan saham-saham teknologi FAANG bergerak bervariatif cenderung terkoreksi jelas pengumuman rilis kinerja kuartal pertama tahun 2021. Tercatat saham Facebook dan Amazon berakhir merah, sementara Apple, Netflix, dan Google berakhir hijau.

Kejatuhan saham Tesla juga menyeret indeks teknologi Nasdaq setelah emiten besutan Elon Musk ini sahamnya terkoreksi 3% setelah adanya laporan mengenai mobil Tesla yang kecelakaan di Texas dan menyebabkan 2 orang meninggal. Banyak spekulasi di pasar mengenai apakah mobil yang kecelakaan ini menggunakan fasilitas autopilot Tesla.

Saham-saham consumer yang juga ikutan tumbang dipimpin oleh anjloknya saham-saham casino meskipun adanya ekspektasi bahwa rebound yang kuat di sektor ini dan lajunya vaksinasi massal akan mempercepat pembukaan kembali ekonomi.

Caesars Entertainment Corporation dan Penn National Gaming menjadi saham yang paling terkoreksi parah dimana PENN terkoreksi lebih dari 6%.

Meskipun demikian saham-saham konsumsi raksasa seperti Coca-Cola sukses menghijau setelah melaporkan kinerja keuangan kuartal pertamanya yang lebih baik daripada perkiraan.

Koreksi di bursa saham acuan global tentu saja membawa hawa panas bagi indeks acuan Ibu Pertiwi yang bisa saja dibuka kehilangan tenaga karena sentimen negatif yang menyeberang samudra.

Selain sentimen negatif tersebut, saham-saham teknologi raksasa AS siap melaporkan kinerja keuangan kuartal pertama di tahun 2021. Selain saham-saham FAANG ini perusahaan raksasa lain yang siap melaporkan kinerja keuangan termasuk Procter & Gamble, AT&T, Comcast, dan Johnson & Johnson.

Sementara itu obligasi tenor 10 tahun milik Paman Sam yang sempat menghantui pasar saham kembali terkoreksi ke level 1,555% setelah sempat naik ke level 1,615%.

Obligasi AS ini sempat menyentuh level 1,77% dan menyebabkan pasar saham di berbagai belahan negara dunia tumbang setelah investor melarikan dananya ke obligasi ini karena adanya ketakutan The Fed akan menaikkan suku bunga.

Dengan meredanya yield obligasi AS ini sejatinya menjadi kabar baik bagi pasar modal, selain itu ketakutan pasar bahwa The Fed akan menaikan suku bunga juga sudah berkurang dimana disebutkan setidaknya the fed akan terus mempertahankan suku bunga 0% paling tidak hingga akhir tahun ini.

Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada hari ini Selasa (20/4/2021). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI-7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%. Dari 11 institusi yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, semuanya kompak melihat suku bunga tetap bertahan di level 3,5%.

"Setelah mempertahankan suku bunga bulan lalu, kami merasa bahwa BI cukup nyaman dalam menjaga selisih suku bunga di tengah pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS). Selain itu, bank sentral juga masih meyakini bahwa masih ada ruang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga dengan BI-7 Day Reverse Repo Rate di posisi yang sekarang. Oleh karena itu, posisi kami adalah BI akan terus mempertahankan suku bunga sepanjang 2021," papar riset Citi.

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

 

  • Tingkat Pengangguran Britania Raya Periode Januari 2021 (13:00 WIB)
  • Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia Periode April 2021 (14:30 WIB)
  • Tingkat Pengangguran Russia Periode Maret 2021 (16:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp) Next Article Investor Berdebar Menanti Rapat The Fed, IHSG Rawan Terkoreksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular