Newsletter

Ekonomi China Katanya Meroket 19%, IHSG To The Moon?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 April 2021 06:13
bursa saham

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri bervariasi pada perdagangan Kamis kemarin, data ekspor-impor Indonesia yang melesat memberikan sentimen positif. Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang kembali menguat bahkan tidak menutup kemungkinan melesat mengingat bursa saham America Serikat (AS) yang mencetak rekor tertinggi.

Selain itu, China akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021 yang diperkirakan melesat 19% year-on-year (YoY). Dampak data tersebut ke pasar keuangan Indonesia serta beberapa faktor lain yang akan mempengaruhi pergerakan hari ini akan dibahas pada halaman 3 dan 4.

Kemarin IHSG berhasil menguat 0,48% ke 6.079,501. Meski demikian, penguatan tidak didapat dengan mudah, IHSG bolak-balik masuk ke zona merah.
Kabar baiknya lagi, investor asing melakukan aksi beli bersih Rp 383 miliar di pasar reguler, dengan nilai transaksi mencapai Rp 10,18 triliun.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data perdagangan internasional Indonesia periode Maret 2021. Hasilnya jauh lebih baik dari ekspektasi pasar.

BPS melaporkan nilai ekspor Indonesia bulan lalu adalah US$ 18,35 miliar. Naik 30,47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY). Sementara dibandingkan dengan Februari 2021 (month-to-month/mtm), nilai ekspor Indonesia tumbuh 20,31%.

"Harga minyak mentah Indonesia mengalami kenaikan dari Februari ke Maret sebesar 5,2% dan yoy naik tajam 85,51%. Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain batu bara, minyak kernel, minyak kelapa sawit, dan timah. Meningkatnya permintaan berbagai negara berpengaruh besar kepada performa ekspor Indonesia," kata Suhariyanto, Kepala BPS, dalam jumpa pers secara virtual.

Menurut Suhariyanto, kenaikan ekspor adalah buah dari perekonomian dunia yang semakin pulih dari dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Ini terlihat dari angka Purchasing Managers' Index (PMI) dunia yang pada Maret 2021 berada di 55. Ini adalah yang tertinggi dalam 121 bulan terakhir.

"Secara umum, PMI manufaktur global mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi karena seiring meningkatnya aktivitas masyarakat karena vaksinasi. Permintaan komoditas juga meningkat," kata Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.

Sementara impor pada Maret 2021 adalah US$ 16,79 miliar. Tumbuh 25,73% yoy, dan 26,55% mtm.

Dengan demikian, neraca perdagangan periode Maret 2021 mencatatkan surplus US$ 1,56 miliar.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 12,085% yoy. Sementara impor diproyeksi naik 6,925% yoy sehingga neraca perdagangan bakal surplus US$ 1,6 miliar.

Ekspor yang tumbuh positif berarti permintaan dari luar negeri mengalami peningkatan, yang tentunya menjadi kabar bagus saat dunia mencoba memulihkan perekonomian dari keterpurukan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Sementara jika impor tumbuh positif, artinya perekonomian dalam negeri terus menunjukkan pemulihan. Bahkan dengan impor yang meroket, memberikan gambaran roda bisnis di dalam negeri mulai terakselerasi.

Sayangnya, data tersebut belum mampu membuat rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah menjadi "raja patung", mengakhiri perdagangan di Rp 14.600/US$ dalam 2 hari beruntun.

Rupiah kemarin membuka perdagangan dengan stagnan, sempat melemah 0,07% kemudian stagnan lagi sepanjang perdagangan. Bedanya, hari ini rupiah sempat melemah 0,07% di Rp 14.610/US$.

Sementara itu dari pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN) bervariasi. SBN tenor 15 dan 30 tahun melemah yang tercermin dari kenaikan yield. Sementara tenor lainnya mengalami penguatan dan yield-nya menurun.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Saat harga obligasi naik maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Wall Street Cetak Rekor Tertinggi Lagi

Bursa saham AS (Wall Street) kembali melesat dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Kamis waktu setempat. Data ekonomi AS yang dirilis impresif serta laporan earning menjadi pemicunya.

Indeks Dow Jones melesat 0,9% ke 34.035,99 yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa. Kemudian indeks S&P 500 naik 1,11% ke 4.170,42 juga merupakan rekor tertinggi, Nasdaq memimpin penguatan sebesar 1,31% ke 14.038,76.

Data dari AS yang dirilis penjualan ritel Maret melesat 9,8% atau mendekat proyeksi beberapa ekonom (yang mengestimasikan kenaikan sebesar 10%) berkat bantuan langsung tunai (BLT) sebesar US$ 1.400. Capaian itu jauh lebih baik dari median konsensus Dow Jones yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 6,1%.

Di sisi lain, klaim tunjangan pengangguran baru sepanjang pekan lalu yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS tercatat hanya sebesar 576.000 atau jauh lebih baik dari proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 710.000 unit klaim.

"Saya sangat bullish, dan anda betul bahwa kita juga harus mewaspadai defisit [APBN]... jika kita tak mencetak pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalam 10 tahun ke depan," tutur Larry Fink, CEO BlackRock dalam wawancara dengan CNBC International.

Saham-saham sektor teknologi yang kemarin melemah hari ini berhasil bangkit. Saham FAANG (Facebook, Amazon, Apple, Netflix, dan Alphabet) semuanya menguat lebih dari 1%.

UnitedHealth dan Pepsi, keduanya melaporkan earning yang lebih bagus dari estimasi pasar, harga sahamnya pun menguat. UnitedHealth melesat 3,8%, Pepsi naik tipis 0,1%.
Dari sektor finansial, Citigroup dan Bank of America juga melaporkan earning yang lebih tinggi dari estimasi, tetapi saham keduanya turun akibat aksi profit taking.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

Wall Street yang melesat dan mencetak rekor tertinggi tentunya mengirim sentimen positif ke pasar Asia pada perdagangan hari ini, termasuk ke IHSG sehingga berpeluang melanjutkan penguatan 2 hari terakhir.

Masih dari eksternal, rilis data pertumbuhan ekonomi China bisa menjadi penggerak pasar finansial dalam negeri. Maklum saja, China merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat. Ketika perekonomiannya tumbuh tinggi, maka negara-negara lain juga akan terkerek naik.

Hasil polling Reuters menunjukkan produk domestik bruto (PDB) China diprediksi melesat 19% YoY di kuartal I-2021. Pertumbuhan yang terbilang tinggi, tetapi juga karena low base effect, sebab pada kuartal I-2020 PDB China mengalami kontraksi (tumbuh negatif) sebesar 6,8%.

Tidak hanya di kuartal I, perekonomian China juga diprediksi akan semakin membaik sepanjang tahun ini.

Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) merilis World Economic Outlook edisi April merilis proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi.

Dalam laporan tersebut, IMF memberikan proyeksi yang optimistis terhadap perekonomian global. Dalam laporan tersebut, IMF merevisi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini menjadi 6%, dibandingkan dengan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu yang sebesar 5,5%.

Sementara itu PDB China diprediksi tumbuh 8,4% sepanjang tahun ini, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya 8,1%.

China merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia, ketika perekonomiannya meningkat, maka tingkat ekspor Indonesia juga berpeluang naik.

Kenaikan ekspor Indonesia ke China sudah terlihat di tahun ini. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor non-migas Indonesia ke China di bulan Maret naik 26,24% dari bulan Februari.

Sementara sepanjang kuartal I-2021, ekspor meroket 62,98%.

Sehingga, meningkatnya pertumbuhan ekonomi China akan berdampak besar bagi ekspor Indonesia yang pada akhirnya mengangkat pertumbuhan ekonomi.

Sebagai informasi, sumbangan ekspor berada di posisi ketiga dalam komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi pengeluaran. Selama periode 2010-2019, rata-rata sumbangan ekspor terhadap PDB adalah 22,26%.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)

IHSG boleh jadi punya peluang penguatan yang cukup besar, begitu juga SBN mengingat yield obligasi (Treasury) tenor 10 tahun yang turun 6,18 basis poin Kamis kemarin ke 1,5742%. Posisi tersebut merupakan yang terendah dalam satu bulan terakhir.

Namun, yang menjadi perhatian adalah rupiah yang menjadi "raja patung" dalam 2 hari terakhir, padahal indeks dolar AS sedang terus menurun. Jika gagal bangkit pada perdagangan hari ini, maka rupiah akan membukukan pelemahan 9 pekan beruntun.

Pada perdagangan kemarin, indeks dolar kembali turun meski sangat tipis 0,01%. Dengan demikian, sepanjang pekan ini indeks dolar AS sudah menurun dalam 4 hari beruntun dengan total 0,52%.

Tren penurunan indeks dolar AS dimulai sejak 31 Maret lalu hingga Rabu kemarin. Selama periode tersebut indeks dolar AS hanya menguat 3 kali saja, total pelemahannya sebesar 1,72%.

Meski demikian, dolar AS masih menjadi primadona pelaku pasar jika dihadapkan dengan mata uang Asia termasuk rupiah.

Hal tersebut terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis Kamis (8/4/2021) menunjukkan angka untuk rupiah 0,59, naik dari dua pekan lalu 0,45. Artinya, semakin banyak pelaku pasar yang mengambil posisi jual rupiah. Tidak hanya rupiah, pelaku pasar juga mengambil posisi short semua mata uang Asia, dan lebih memilih dolar AS.

Namun, bukan berarti rupiah tidak punya peluang menguat. Jika IHSG dan SBN menguat disertai dengan capital inflow, maka rupiah berpeluang bangkit sekaligus menghentikan pelemahan 8 pekan beruntun.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Data dan Agenda Berikut

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • PDB China dan beberapa data lainnya (9:00 WIB)
  • Data inflasi final zona euro (16:00 WIB)
  • Data sektor perumahan AS (19:30 WIB)
  • Data sentimen konsumen AS (21:00 WIB

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular