
Wall Street Terus Cetak Rekor, IHSG Kapan Gak Tekor?

Wall Street yang berhasil melenggang ke zona hijau merupakan kabar yang baik dan diharapkan bisa merambat ke pasar keuangan Asia yang bakal buka pada hari ini. Namun investor masih perlu mewaspadai beberapa hal.
Dalam jangka pendek satu minggu ini, pasar masih berpeluang menghadapi gejolak. Pergerakan yield obligasi pemerintah AS bakal tetap menjadi sorotan utama banyak pihak. Kenaikan yang terlalu tajam akan membuat pasar goyang lagi.
Prospek perekonomian Paman Sam diramal bakal cerah. Sentimen positif terus berdatangan. Paling baru adalah upaya Joe Biden untuk meng-goal-kan proposal pembangunan infrastruktur dengan anggaran mencapai US$ 2 triliun.
Jalan Biden memang tidaklah mulus karena restu bulat dari badan legislatif belum dikantongi. Suara majelis terpecah. Seperti biasa pihak Partai Republik menolak usulan Biden yang bernilai jumbo tersebut.
Senator dari Partai Republik Roy Blunt, dari daerah pemilihan Missouri, mendesak pemerintah untuk memangkas program tersebut menjadi sekitar US$ 615 miliar dan berfokus pada infrastruktur fisik seperti jalan dan bandara.
Pimpinan Senat Mitch McConnell pekan lalu menegaskan bahwa program Biden tersebut tak akan mendapat dukungan dari Partai Republik dan berjanji akan mementahkannya.
Namun Biden masih besikukuh dan akan terus mendorong program yang diajukannya meski tanpa restu pihak Republikan sebagaimana dikatakan oleh Jennifer Granholm sebagai Menteri Energi AS.
Berdasarkan ramalan dari berbagai ekonom, jika ada deal kesepakatan dan program pembangunan infrastruktur terjadi maka output perekonomian AS berpeluang mendapat peningkatan sebesar 0,5 hingga 1 poin persentase pada 2022.
Tak usah menunggu tahun depan, prospek perekonomian AS untuk tahun ini saja positif. Alhasil ini akan menjadi salah satu penopang fundamental dolar AS. Ketika dolar sedang perkasa maka pasti memakan tumbal. Salah satu korbannya adalah rupiah.
Setidaknya untuk satu bulan ke depan dolar AS diperkirakan bakal naik. Reuters mengadakan polling terhadap ahli strategi valuta asing (valas), dari 56 yang disurvei sebanyak 48 orang atau 85% memperkirakan dolar AS masih akan kuat setidaknya 1 bulan lagi.
Dari 48 orang tersebut, sebanyak 11 orang memprediksi penguatan dolar AS akan berlangsung dalam 3 hingga 6 bulan ke depan, sementara 16 orang mengatakan akan berlangsung lebih dari 6 bulan lagi.
Secara keseluruhan pasar keuangan domestik masih rawan sekali terkena koreksi. Sentimen positif yang datang dari luar negeri diharapkan mampu mendongkrak kinerja aset keuangan dalam negeri. Namun volatilitas yang tinggi masih berpotensi terasa.
(twg/twg)