
Wall Street Bawa Kabar Baik, Bisakah Seberangi Atlantik?

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street mayoritas ditutup di zona hijau pada perdagangan Rabu (31/2/2021) waktu setempat, karena investor beralih kembali ke saham teknologi sembari menimbang rencana belanja infrastruktur besar Presiden Joe Biden.
S&P 500 berakhir menguat 0,36% ke level 3.972,89, setelah sempat melompat 0,9% di perdagangan intraday. Sedangkan Nasdaq Composite yang berteknologi tinggi melonjak 1,54% ke 13.246,87, didorong oleh melesatnya saham Apple, Microsoft, dan Facebook sebesar 1,6% dan Tesla yang meroket hingga dari 5%.
Sementara itu, Dow Jones Industrial Average melemah 0,26%, ke level 32.981,55.
Dow dan S&P 500 masing-masing melesat 6,6% dan 4,3% sepanjang Maret 2021 dan mencatatkan kinerja terbaik mereka sejak November. Sementara di kuartal pertama tahun 2021, Dow dan S&P 500 masing-masing meroket 7,8% dan 5,8%.
Nasdaq relatif berkinerja buruk karena saham teknologi sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga, di mana investor saham teknologi bergantung pada pinjaman yang murah untuk berinvestasi dalam pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang.
Sepanjang Maret 2021, indeks saham benchmark teknologi tersebut menguat 0,4%. Sedangkan pada kuartal pertama tahun ini, Nasdaq sudah melesat hingga 2,8%.
Presiden Joe Biden resmi meluncurkan paket infrastruktur lebih dari US$ 2 triliun pada Rabu (31/3/2021) waktu setempat, karena pemerintahannya mengalihkan fokusnya untuk memperkuat ekonomi pasca pandemi.
Rencana yang diuraikan Biden pada hari Rabu mencakup sekitar US$ 2 triliun untuk pengeluaran selama delapan tahun dan untuk mendanai paket tersebut, Biden akan menaikkan tarif pajak perusahaan menjadi 28%.
Ketika ia berbicara di hadapan serikat pekerja di Pittsburgh, Biden menyebutnya sebagai visi untuk menciptakan "ekonomi yang paling kuat, paling tangguh, dan inovatif di dunia" dan jutaan "pekerjaan dengan gaji yang baik".
Gedung Putih mengatakan kenaikan pajak perusahaan yang dikombinasikan dengan langkah-langkah yang dirancang untuk menghentikan pengurangan laba, akan mendanai rencana infrastruktur tersebut dalam 15 tahun.
"Investor 'menjual berita' tentang rencana infrastruktur Presiden Biden dan menjauhkan diri dari penerima manfaat dari rencana tersebut, seperti sektor energi, material, industri dan teknologi yang telah 'diuntungkan' dari pandemi," kata Chris Hussey, seorang direktur pelaksana di Goldman Sachs, dikutip dari CNBC International.
"RUU itu sebagian besar sejalan dengan ekspektasi dan dipenuhi dengan ketidakpedulian oleh pasar saham yang mungkin telah memperdagangkan pengeluaran ini selama berminggu-minggu." tambahnya.
Hal itu membuat saham siklus, seperti saham energi, material, keuangan dan industri semuanya mencatatkan kerugian pada Rabu.
Beberapa investor khawatir tentang dampak negatif dari pajak perusahaan yang lebih tinggi dan kenaikan inflasi di tengah stimulus fiskal yang masif.
"Stimulus ekonomi tidak lagi 100% bermanfaat bagi pelaku pasar," kata Tom Essaye, founder Sevens Report, dalam sebuah catatan.
Di lain sisi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) cenderung stagnan di level 1,73% pada perdagangan kemarin, setelah sempat naik ke level tertingginya selama 14 bulan terakhir sebesar 1,77%.
Yield Treasury telah meningkat tahun ini, di tengah program vaksinasi Covid-19 yang gencar dilakukan dan optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi yang semakin nyata.
Dari data ketenagakerjaan, ADP mencatat ada 517.000 penyerapan tenaga kerja baru di sektor swasta, atau menjadi yang terbaik sejak September 2020. Angka tersebut melonjak dari posisi Februari yang berada di angka 176.000 meski sedikit di bawah estimasi Dow Jones sebesar 525.000.
Data resmi tenaga kerja Maret bakal dirilis pada Jumat, di mana ekonom dalam survei Dow Jones memperkirakan ada tambahan 630.000 pos kerja baru pada Maret, dan angka pengangguran anjlok menjadi 6% dari sebelumnya 6,2%.
(chd/chd)