
Waspada Saham Bank, Serok Saham Tambang!

Sentimen ketiga, kali ini dari dalam negeri, sepertinya saham-saham perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih perlu mendapat perhatian. Kemarin, koreksi di indeks sektor keuangan adalah yang terdalam yaitu turun 1,31%.
Sepertinya ini terkait dengan semakin besarnya tekanan kepada perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit. Dua pejabat tinggi negara mengungkapkan hal itu dalam acara Temu Stakeholder untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional di Semarang.
"Bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) sudah mulai, saya berterima kasih. Bank-bank lain, ayo turunkan suku bunga kredit," tegas Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI).
"Mengenai suku bunga, kami imbau agar sudah mulai karena ruangnya sudah mulai ada. Kalau kreditnya nambah, revenue-nya juga nambah," kata Winboh Santoso, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Di satu sisi, penurunan suku bunga kredit akan membantu pemulihan ekonomi. Ketika suku bunga kredit rendah, maka dunia usaha dan rumah tangga akan terpancing untuk melakukan ekspansi. Investasi dan konsumsi tumbuh, Produk Domestik Bruto (PDB) pun terangkat.
Namun di sisi lain, bank harus berkorban karena laba akan tergerus. Pada 2020, rata-rata Net Interest Margin (NIM) perbankan Tanah Air ada di 4,51%, terendah sejak 2014. Apabila bunga kredit turun, maka NIM bakal semakin tertekan.
Jika ada risiko laba bank bisa menciut, maka saham emitennya menjadi kurang menarik di mata investor. Akibatnya, saham perbankan bisa kembali 'dibanting' sehingga indeks sektor keuangan terkoreksi lagi.
Padahal bobot indeks sektor keuangan di IHSG adalah yang terbesar. Jadi kalau indeks sektor keuangan anjlok, maka biasanya IHSG akan ikut rontok.
Sentimen keempat, masih dari dalam negeri, ada kabar yang bisa memancing gairah pasar. Sore ini, akan diumumkan pendirian Indonesia Battery Corporation.
"Ada yang namanya EV (Electric Vehicle, kendaraan listrik) battery. Bagaimana policy tidak dikirim keluar negeri raw tetapi diproses di dalam negeri. Kami diberi kepercayaan. PLN, Inalum, Pertamina membuat perusahaan baterai nasional ber-partner dengan CATL dan LG untuk kalangan di 2023," ungkap Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara BUMN, di acara CNBC Indonesia Outlook 2021, bulan lalu.
Sebulan kemudian, omongan Erick itu jadi kenyataan. Indonesia akan memiliki perusahaan milik negara yang memproduksi baterai untuk kendaraan listrik, yang bakal menjadi tren industri otomotif ke depan.
Kabar ini bisa menjadi sentimen positif bagi saham-saham emiten pertambangan. Permintaan akan meningkat, laba berpeluang terangkat, dan investor sepertinya patut memberi apresiasi.
Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini
(aji/aji)