Newsletter

Waspada Saham Bank, Serok Saham Tambang!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 March 2021 06:00
France Eiffel Tower
Ilustrasi Menara Eiffel (AP/Michel Euler)

Untuk perdagangan hari ini, ada sejumlah sentimen yang perlu diperhatikan. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang melegakan. Wall Street yang cenderung hijau bisa menjadi pelecut semangat investor di pasar keuangan Asia untuk mencapai hal yang sama, termasuk di Indonesia.

Kedua, perlu diwaspadai bahwa laju pemulihan ekonomi dunia ternyata tidak seragam. AS mungkin bisa mencapai pertumbuhan ekonomi ekonomi yang tinggi tahun ini, tetapi sepertinya tidak dengan Eropa. Lonjakan kasus positif corona dan lockdown akan membebani perekonomian Eropa.

IHS Markit memang melaporkan aktivitas bisnis yang dicerminkan dari Purchasing Managers' Index (PMI) di Uni Eropa membaik. Pembacaan awal PMI Zona Euro untuk periode Maret 2021 adalah 52,5, naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 48,8. Angka 52,5 adalah yang tertinggi dalam delapan bulan terakhir.

Namun, perbaikan ini kemungkinan besar tidak berkelanjutan. Lockdown yang berlaku hingga bulan depan tentu akan membuat dunia usaha sulit melakukan ekspansi karena gagguan di sisi pasokan dan permintaan. Akibatnya, kepercayaan diri pebisnis bakal menciut.

"Prospek ke depan kemungkinan besar memburuk, karena tingginya kasus Covid-19 dan permbelakuan lockdown. Dunia usaha akan dihadapkan kepada dua kondisi. Di satu sisi permintaan eksternal akan naik karena pemulihan ekonomi di kawasan lain, tetapi di di sisi lain permintaan dalam negeri akan terbatas karena ada pembatasan aktivitas," jelas Chris Williamson, Chief Business Economist di IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Oleh karena itu, jangan senang dulu saat jumlah pengangguran di AS turun dan vaksinasi semakin cepat. Sebab di bagian bumi yang lain, situasinya masih penuh keprihatinan. Ini akan menjadi risiko bagi pemulihan ekonomi global yang kemudian menyebabkan instabilitas di pasar keuangan.

Sentimen ketiga, yang juga menambah instabilitas, adalah kejadian di Terusan Suez. Kapal kargo Ever Given, yang punya panjang 400 meter, tersangkut dan menutup seluruh jalur di kanal tersebut. Para kru yang mencoba menarik kapal itu menggambarkannya seperti paus yang terdampar di pantai.

"Kami tidak bisa mengesampingkan bahwa (upaya penyelamatan) ini bisa memakan waktu berminggu-minggu. Ini tergantung perkembangan situasinya," ungkap Peter Berdowski, CEO Boskalis (salah satu tim penyelamat), seperti dikutip dari Reuters.

Terusan Suez bukan jalur sembarangan. Ini adalah kanal tersibuk di dunia yang mengubungkan Asia-Eropa. Kalau tidak lewat situ, maka kapal harus berputar jauh sehingga memakan lebih banyak waktu dan biaya.

Salah satu dampak mampetnya Terusan Suez adalah fluktuasi harga minyak. Harga minyak jenis brent sempat melonjak lebih dari 6%. Namun kemudian investor memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari untung dengan menjual kontrak minyak. Akibatnya, harga anjlok 3,88% pada pukul 01:41 WIB.

Ini baru bicara minyak, belum produk lain yang perdagangannya mengandalkan Terusan Suez sebagai rute utama. Sudah ada lebih dari 200 kapal kontairer besar yang terjebak di sana, menyebabkan waktu pengiriman menjadi lebih lama dan tentu pembengkakan biaya.

Semoga masalah di Terusan Suez bisa cepat terselesaikan. Sebab semakin lama terjadi gangguan, maka arus perdagangan dunia akan terhambat. Ini tentu menjadi risiko bagi upaya pemulihan ekonomi global.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular