Newsletter

Mohon Maaf, IHSG-Rupiah-SBN Sepertinya Bakal Babak Belur!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 March 2021 06:30
Dollar
Foto: Freepik

Selain itu, fokus pelaku pasar tertuju pada data tenaga kerja AS yang terdiri dari tingkat pengangguran, perekrutan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP), dan rata-rata gai per jam.

Rilis data ini akan menggambarkan sejauh mana pemulihan pasar tenaga kerja AS. Hasil polling Reuters menunjukkan tingkat pengangguran AS di bukan Februari tetap 6,3%, NFP sebanyak 182.000 orang, lebih tinggi dari bulan Januari 82.000 orang, dan rata-rata gaji per jam tumbuh 0,2% dari bulan sebelumnya.

Yang menarik adalah, jika data tenaga kerja dirilis bagus, artinya pemulihan ekonomi AS berada di jalur yang tetap. Hal itu tentunya menjadi kabar baik, tetapi juga bisa menjadi kabar buruk, sebab "hantu" yield Treasury bisa menggentayangi lagi.

Pemicu naiknya yield Treasury di tahun ini adalah prospek pertumbuhan ekonomi AS, serta kemungkinan terjadinya kenaikan tajam inflasi.

Saat perekonomian AS menunjukkan pemulihan yang cepat, Pemerintah di bawah komando Presiden Joseph 'Joe' Biden akan menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun, yang diperkirakan akan cair sebelum 14 Maret.

Ketika itu terjadi, maka perekonomian AS akan banjir likuiditas, dan inflasi berisiko meroket.

Rentetan peristiwa tersebut yang ada di gambaran para pelaku pasar, sehingga melepas kepemilikannya di Treasury yang menyebabkan yield-nya terus menanjak.

Selain itu, membaiknya perekonomian, kenaikan inflasi, yang memicu kenaikan yield Treasury membuat pasar keuangan global kembali dihantui oleh tapering (pengurangan program pembelian aset atau quantitative easing The Fed) yang dapat memicu taper tantrum.

"Jika pasar mulai percaya The Fed kehilangan kendali terhadap arah pasar obligasi, semua isu mengenai taper tantrum akan kembali muncul," kata Art Cahshin, direktur operasi di UBS, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (26/2/2021).

Oleh karena itu, pelaku pasar akan berhati-hati melihat data tenaga kerja AS.

Sementara itu dari dalam negeri hari ini akan dirilis data cadangan devisa (cadev) bulan Februari. Berdasarkan laporan Bank Indonesia, cadangan devisa di bulan Januari 2021 sebesar US$ 138 miliar naik US$ 2,1 miliar dari posisi Desember 2020. Cadangan devisa di bulan Januari tersebut merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.

"Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2021 sebesar 138,0 miliar dolar AS, meningkat dari posisi pada akhir Desember 2020 sebesar 135,9 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 10,5 bulan impor atau 10,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tulis BI dalam keterangan pers, Jumat (5/2/2021).

Cadangan devisa yang tinggi akan menjadi kabar bagus, sebab BI punya lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah saat mengalami gejolak. Rupiah yang stabil menjadi penting untuk menarik investor asing, sebab risiko kerugian kurs menjadi berkurang.

Namun, untuk hari ini faktor eksternal akan lebih mempengaruhi pergerakan pasar keuangan Indonesia.

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular