
Mohon Maaf, IHSG-Rupiah-SBN Sepertinya Bakal Babak Belur!

Bursa saham AS (Wall Street) kembali ambrol pada perdagangan Kamis waktu setempat, padahal sempat menghijau di pembukaan perdagangan.
Penguatan di awal perdagangan terjadi sebab investor menyambut positif data klaim awal pengangguran pekan lalu yang menurut Departemen Tenaga Kerja AS berada di angka 745.000 atau lebih baik dari ekspektasi ekonom dalam survey Dow Jones, yang memprediksi ada 750.000 klaim baru yang diajukan.
Yield Treasury yang kembali melesat membuat Wall Street nyungsep.
Indeks Dow Jones merosot 1,11%, S&P 500 minus 1,34% dan Nasdaq paling parah ambrol 2,11%. Nasdaq yang merupakan indeks saham teknologi kini membukukan kinerja negatif 1,3% di tahun ini.
Saham teknologi pun anjlok karena mereka dikenal rakus menerbitkan obligasi, yang beban bunganya meningkat ketika imbal hasil obligasi acuan naik.
Pelaku pasar juga menghindari saham teknologi dan memilih mendiversifikasi dananya untuk memburu saham-saham siklikal, menyambut pemulihan ekonomi di tengah kemajuan program vaksinasi di berbagai negara dunia.
Jebloknya Wall Street terjadi setelah ketua The Fed, Jerome Powell, gagal menyakinkan pasar jika kebijakan moneternya tidak akan dirubah dalam waktu dekat.
Berbicara mengenai kondisi ekonomi AS yang dipandu Wall Street Journal, Powell mengatakan pembukaan kembali perekonomian membuat inflasi naik untuk sementara. Ia juga menekankan The Fed akan bersabar untuk merubah kebijakannya meski inflasi naik.
Powell juga mengakui kenaikan tajam yield Treasury dalam waktu singkat menjadi perhatiannya, namun The Fed perlu melihat kenaikkan yield dengan spectrum yang lebih luas sebelum mempertimbangkan mengambil langkah untuk meredamnya.
Bukannya menurun, yield Treasury justru makin menanjak merespon pernyataan Powell, alhasil Wall Street pun merosot.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini: Hantu Yield Treasury