Newsletter

'Hantu' Yield Treasury Gentayangan, Awas Taper Tantrum Muncul

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 March 2021 06:11
Emiten Wall Street. AP
Foto: Emiten Wall Street. AP

Bursa saham AS atau Wall Street terpuruk pada pekan lalu, juga akibat kenaikan yield Treasury. Indeks Dow Jones sebelumnya sempat mencatat rekor tertinggi sepanjang masa 31.961,86, tetapi kemudian berbalik dan membukukan pelemahan 1,8% sepanjang pekan lalu di 20.932,36.

Meski berakhir di zona merah, tetapi pelemahan Dow Jones masih lebih baik ketimbang 2 indeks utama lainnya. Indeks S&P 500 merosot 2,45% ke 3.811,15. Nasdaq yang paling parah ambrol 4,92% di 13.192,345, dan berada di level terlemah dalam 1 bulan terakhir.

Meski merosot di pekan ini, tetapi sepanjang bulan Februari ketiga indeks utama masih mencatat kinerja positif. Indeks Dow Jones menguat 3,2%, S&P 400 2,6%, dan Nasdaq 0,9% di bulan Februari.

Kenaikan yield Treasury AS menjadi pemicu ambrolnya Wall Street di pekan ini.

"Yield sangat menentukan. Di kisaran 1,5%, yield obligasi bisa kompetitif dibandingkan dividend yield di pasar saham. Ingat, tidak ada risiko di obligasi, uang Anda kembali 100%," kata Peter Tuz, Presiden Chase Investment Counsel yang berbasis di Virginia (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Para ekonom dan manager investasi mengatakan pasar obligasi bereaksi terhadap kemajuan perekonomian setelah vaksinasi dimulai, dan proyeksi produk domestik bruto (PDB) dinaikkan, yang dapat meningkatkan laba perusahaan, tetapi juga menjadi indikasi inflasi akan lebih tinggi dari perkiraan, sebagaimana dilaporkan CNBC International.

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dalam laporan terbarunya yang bertajuk World Economic Outlook pada akhir Januari lalu menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS, menjadi 5,1%, naik dari proyeksi sebelumnya 4,6%.

HALAMAN 3>>>

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular