
Minim Sentimen dari Global, Bagaimana Gerak Pasar Hari Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mayoritas bergerak menguat, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah masih sama-sama menguat pada perdagangan Senin (15/2/2021). Sementara untuk obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) bergerak sebaliknya.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,77% di level 6.270,32 pada perdagangan Senin (15/2/2021).
Data perdagangan mencatat, nilai transaksi pada perdagangan kemarin mencapai Rp 12,2 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 573 miliar di pasar reguler. Tercatat 299 saham naik, 182 turun, dan sisanya 160 stagnan.
Asing melakukan jual bersih (net sell) di saham PT Astra International Tbk (ASII) sebesar Rp 530 miliar dan di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 173 miliar.
Sementara itu, pembelian bersih oleh investor asing (net buy) dilakukan di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 134 miliar dan di saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp 37 miliar.
Pada perdagangan kemarin, bursa saham Asia cenderung sepi karena untuk bursa saham China (Shanghai Composite) dan bursa saham Hong Kong (Hang Seng) belum dibuka karena masih libur tahun baru Cina (Imlek).
Namun, di kala pasar saham Asia yang masih sepi, indeks Nikkei Jepang menjadi yang paling tinggi penguatannya dibandingkan dengan bursa saham Asia lainnya. Sementara itu, hanya indeks saham Filipina saja yang melemah pada perdagangan kemarin.
Sementara itu, nilai tukar rupiah mampu mempertahankan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang perdagangan Senin (15/2/2021), bahkan sempat menembus level Rp 13.800-an/US$.
Dolar AS yang sedang lesu, masih tutupnya pasar keuangan di beberapa negara di Asia, serta data ekonomi dari dalam negeri yang cukup bagus membuat rupiah perkasa pada hari ini.
Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,14% ke Rp 13.950/US$. Rupiah tidak sempat masuk ke zona merah, malahan penguatan semakin terakselerasi hingga 0,57% ke Rp 13.890/US$. Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 7 Januari lalu.
Penguatan rupiah sedikit mengendur, dan mengakhiri perdagangan di level Rp 13.910/US$, menguat 0,43% di pasar spot.
Berkat penguatan tersebut, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Mayoritas mata uang utama menguat hari ini, hingga pukul 15:09 WIB, hanya yen Jepang dan rupee India yang mengalami pelemahan.
Namun, untuk obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) pada perdagangan kemarin, pergerakannya cenderung melemah ditandai dengan harga SBN yang mayoritas melemah dan imbal hasilnya () yang menguat.
Hanya SBN berkode FR0061 dengan tenor 1 tahun yang harganya menguat dan yield-nya turun, yakni turun 6,4 basis poin ke level 4,023%.
Sedangkan untuk yield SBN seri FR0087 berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara naik 0,5 bp ke level 6,25%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Sentimen yang mendorong pergerakan IHSG dan rupiah serta menghambat laju pergerakan harga SBN adalah sentimen positif dari perilisan data neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2021 yang kembali mencatatkan surplus.
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini merilis data neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2021. Kepala BPS Suhariyanto melaporkan nilai impor bulan lalu adalah US$ 13,34 miliar. Turun 6,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Adapun nilai ekspor per Januari 2021 sebesar US$ 15,3 miliar atau naik 12,24%. Sehingga, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 1,96 miliar. Surplus neraca perdagangan sudah terjadi selama sembilan bulan beruntun.
"Terjadi penurunan impor migas 21,9% YoY dan barang non-migas sebesar 4% YoY. Ekspor naik bagus, impor masih kontraksi 6,49% YoY," kata Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.
Pasar saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (15/2/2021) waktu setempat tidak dibuka karena sedang libur memperingati hari ulang tahun (HUT) Kota Washington. Sehingga sentimen dari Negeri Paman Sam cenderung minim.
Pada pekan lalu, tiga indeks utama di bursa Wall Street kompak melesat hingga 1% lebih. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 1%, S&P 500 melejit 1,23%, dan Nasdaq Composite meroket 1,73%.
Sepanjang pekan berjalan, Dow Jones naik 0,9% dan sepanjang bulan berjalan terhitung melompat 4,8%. Sementara itu, indeks S&P 500 dan Nasdaq naik masing-masing sebesar 0,8% dan 1,2% sepanjang pekan, dan sepanjang bulan melesat 5,4% serta 7.3%.
Data ekonomi AS mencatat Jumlah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 6 Februari tercatat sebanyak 793.000 klaim, masih lebih tinggi dari prediksi Reuters sebanyak 747.000 klaim.
Selain itu, sentimen konsumen juga menunjukkan penurunan menjadi 76,2 di bulan ini, dari bulan sebelumnya 79, dan menjadi yang terendah sejak Agustus 2020 lalu.
"Sentimen konsumen bergerak turun pada Februari 2021, terutama di sisi ekspektasi penghasilan bagi keluarga berpendapatan di bawah US$ 75.000/tahun. Hanya sedikit rumah tangga di kelompok pendapatan ini mengaku memperoleh kenaikan penghasilan. Meski kabar stimulus fiskal berhembus kencang, tetapi konsumen lebih pesimistis dalam memandang prospek perekonomian," sebut keterangan tertulis University of Michigan.
Dengan rilis data yang menunjukkan pelambatan pemulihan ekonomi tersebut, alasan pemerintah AS untuk segera menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun semakin menguat.
Selain itu, untuk memulihkan perekonomian AS yang mati suri akibat Covid-19, Presiden AS, Joe Biden juga memborong sejumlah besar pasokan vaksin.
Sebelumnya juga pada Kamis (11/2/2021) pekan lalu, Biden telah meneken kesepakatan pembelian 200 juta dosis vaksin Covid-19 dari Moderna dan Pfizer, sehingga total dosis vaksin yang dimiliki Negara Adidaya itu mencapai 600 juta.
Sementara itu pada perdagangan Jumat (12/2/2021) pekan lalu, indeks volatilitas (volatility index/VIX) CBOE, atau yang dikenal dengan "indeks ketakutan" turun ke level terendah selama hampir satu tahun.
Artinya kekhawatiran pelaku pasar global mulai memudar, sehingga mereka yakin masuk ke aset-aset berisiko dan mulai meninggalkan aset minim risiko (safe haven).
Untuk perdagangan hari ini, sentimen yang akan datang cenderung minim, karena pasar saham AS tidak dibuka pada perdagangan Senin (15/2/2021) kemarin.
Namun sentimen dari global masih terkait dengan stimulus fiskal corona di AS senilai US$ 1,9 triliun. Presiden AS Joe Biden meminta bantuan dari kelompok bipartisan pejabat lokal walikota dan gubernur untuk rencana bantuan virus corona senilai 1,9 triliun dolar AS.
"Kubu Partai Demokrat di Kongres Amerika juga bergerak cepat untuk mendorong paket bantuan Covid-19 senilai 1,9 triliun dolar AS yang diusulkan Presiden Joe Biden," ujarnya, Senin (15/2/2021).
Lolosnya paket stimulus fiskal AS tersebut dinilai sangat penting karena Menteri Keuangan AS Jannet Yellen berpendapat lapangan kerja AS masih akan sulit jika perekonomian belum pulih tanpa dukungan paket bantuan pandemi.
Sementara itu, kabar dari Presiden Biden yang juga memborong vaksin masih menjadi sentimen untuk hari ini, di mana pada pekan lalu, Biden telah meneken kesepakatan pembelian 200 juta dosis vaksin Covid-19 dari Moderna dan Pfizer, sehingga total dosis vaksin yang dimiliki Negara Adidaya itu mencapai 600 juta.
Pada pekan ini pula, pelaku pasar akan menanti rilis risalah dari pertemuan Federal Reserve AS di bulan Januari 2021, di mana para pembuat kebijakan memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya.
Adapun dari Zona Euro, pada hari ini akan dirilis data perkiraan kedua pertumbuhan ekonomi Zona Euro periode kuartal IV-2020.
Selain perkiraan kedua dari pertumbuhan ekonomi, Zona Euro juga akan mengumumkan perkiraan awal perubahan penyerapan lapangan kerja pada kuartal IV-2020.
Sedangkan di dalam negeri, pelaku pasar pada pekan ini akan menanti kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) untuk periode Februari 2021.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDGBI) akan dilaksanakan pada 17-18 Februari mendatang dan hasil dari rapat tersebut akan disampaikan pada 18 Februari mendatang.
Konsensus dari Trading Economics dan Reuters memperkirakan BI masih akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,75%.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Â Â Â Â Â Rilis data Harga Ekspor Korea Selatan periode Januari 2021 (04:00 WIB),
- Â Â Â Â Â Rilis data Harga Impor Korea Selatan periode Januari 2021 (04:00 WIB),
- Â Â Â Â Â Rilis data Tingkat Pengangguran Prancis periode Kuartal IV-2020 (13:30 WIB)
- Â Â Â Â Â Rilis data perkiraan awal perubahan Penyerapan Lapangan Kerja Zona Euro Kuartal IV-2020 (17:00 WIB)
- Â Â Â Â Â Rilis data awal Pertumbuhan Ekonomi Zona Euro periode Kuartal IV-2020 (17:00 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (2020 YoY) | -2,07% |
Inflasi (Januari 2021, YoY) | 1,55% |
BI-7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2021) | 3,75% |
Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2021) | -5,17% PDB |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (kuartal III-2020) | 0,36% PDB |
Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (kuartal III-2020) | US$ 2,05 miliar |
Cadangan Devisa (Januari 2021) | US$ 138 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd) Next Article Pekan Penting! Pasar Finansial Bakal Guncang atau Terbang?