Newsletter

China "Boom", Bisa Bawa IHSG Terbang Tinggi Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 January 2021 06:11
China Economy
Foto: wanita mengambil selfie saat tur lain di Yu Garden dihiasi dengan patung babi untuk Tahun Baru Imlek di Shanghai. Pertumbuhan ekonomi China 2018 jatuh ke level terendah tiga dekade saat aktivitas mereda di tengah perang tarif dengan Washington. (Chinatopix via AP)

Seperti disebutkan pada halaman sebelumnya, vaksinasi yang sudah dimulai di Indonesia, serta stimulus fiskal dari Joe Biden menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan dalam negeri, dan kemungkinan masih berdampak di awal pekan ini.

Vaksinasi massal di Indonesia sudah resmi dimulai Rabu (13/1/2021). Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Warga Negara Indonesia pertama yang mendapat suntikan vaksin CoronaVac buatan perusahaan farmasi asal China, Sinovac.

Meski prosesnya akan memakan waktu yang cukup panjang untuk agar vaksinasi di seluruh Indonesia selesai, tetapi harapan akan hidup berangsur-angsur normal kembali, dan perekonomian bisa bangkit kembali.

Vaksinasi dikatakan menjadi salah satu kunci penguatan mata uang emerging market (EM) di tahun 2021.

Reuters melakukan survei terhadap 50 ahli strategi mata uang pada periode 4 - 7 Januari, hasilnya mata uang negara berkembang yang beberapa bulan terakhir menguat diramal akan melanjutkan penguatan di 2021.

Sebanyak 38 orang ahli strategi yang disurvei mengatakan yield yang tinggi, serta program vaksinasi yang sukses akan menjadi pemicu utama penguatan mata uang EM. Sementara 10 orang, melihat pemulihan ekonomi domestik sebagai pendorong utama.

Rupiah memiliki 3 hal yang disebutkan tersebut untuk menguat di tahun ini. Vaksinasi sudah resmi dimulai Rabu kemarin.

Kemudian yield atau imbal hasil obligasi Indonesia masih lebih tinggi ketimbang negara-negara EM lainnnya. Yield tenor 10 tahun misalnya masih di kisaran 6,2%, dengan inflasi sekitar 1,6% YoY, maka real yield yang dihasilkan sekitar 4,6%. Real yield Indonesia hanya kalah dari Afrika Selatan sekitar 5,5%.


Terakhir dari segi pemulihan ekonomi, Dana Moneter Internasional (IMF) berikan pandangan positif untuk ekonomi Indonesia 2021. Perkiraan pertumbuhan Produk Domestic Bruto (PDB) Indonesia tahun 2021 berada di 4,8% lebih besar 40 basis poin (bps) ketimbang perkiraan IMF sebelumnya di 4,4%. Tahun 2022, ekonomi Indonesia bahkan diprediksi tumbuh 6%.

Artinya, rupiah punya modal bagus untuk menguat di 2021. Penguatan rupiah, atau tepatnya stabilitas nilai tukar rupiah akan membuat investor asing lebih nyaman berinvestasi di dalam negeri, sebab kerugian akibat kurs bisa diminimalisir. Sehingga stabilitas rupiah bisa menopang penguatan IHSG.

Sementara itu stimulus fiskal dari senilai US$ 1,9 triliun juga bisa berdampak positif, mengingat pada pekan lalu belum banyak direspon.

Dengan tambahan stimulus fiskal, maka jumlah uang yang beredar di AS akan bertambah, dan secara teori dolar AS akan melemah.

Pada bulan Maret 2020, dolar AS begitu perkasa, rupiah bahkan sempat ambrol ke level Rp 16.620/US$, terlemah sejak krisis moneter 1998. Namun, AS saat itu menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 2 triliun guna menanggulangi pandemi penyakit virus corona (Covid-19), dan menyelamatkan perekonomian AS.

Setelahnya nilai tukar dolar AS terus merosot. Efek yang sama kemungkinan akan muncul saat stimulus US$ 1,9 triliun yang dijanjikan Joe Biden cair.

Efek ke pasar saham bahkan lebih "dahsyat" lagi. Stimulus fiskal jilid I di AS senilai US$ 2 triliun yang digelontorkan pada bulan Maret 2020 lalu menjadi salah satu kunci bangkitnya bursa saham AS dari keterpurukan, bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa berkali-kali. Bangkitnya bursa saham AS jua turut mengerek bursa saham lainnya, termasuk IHSG.

Dengan demikian, ke depannya outlook IHSG masih cerah.

Stimulus fiskal juga bisa menekan yield Treasury AS turun lagi, sehingga selisih yield akan kembali melebar, sehingga aliran modal bisa masuk lagi ke pasar obligasi.

Sementara itu, pada hari ini China akan menjadi perhatian utama, sebab akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020. Hasil survei Reuters menunjukkan produk Domestik Bruto (PDB) China kuartal IV-2020 tumbuh 6,1% YoY, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 4,9%. 

Saat negara-negara lain masuk ke jurang resesi, China berhasil lolos, sebab produk domestik bruto (PDB) hanya sekali mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 6,8% di kuartal I-2020. Setelahnya, ekonomi China kembali bangkit dan membentuk kurva v-shape.

Tidak hanya itu, ekspor China juga mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Di tahun 2020, ekspor China dilaporkan naik 3,6% dari tahun sebelumnya menjadi US$ 2,6 triliun, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Sementara itu, impor hanya turun 1,1% di tahun 2020 lalu. Artinya aktivitas ekonomi China sudah berputar cukup kencang saat negara-negara lain tersendat akibat menghadapi virus corona. 

Roda perekonomian banyak negara masih tersendat-sendat di tahun 2020 lalu, tapi China masih sukses membukukan rekor ekspor. Apalagi ketika perekonomian global mulai pulih setelah adanya vaksinasi massal, besar kemungkinan ekspor China akan kembali meroket. Sehingga di tahun ini diprediksi akan terjadi China "boom" atau meroketnya pertumbuhan ekonomi China, dengan peningkatan ekspansi sektor manufaktur akibat peningkatan ekspor, serta dimulainya vaksinasi massal di berbagai negara.

China memang berperan penting dalam perekonomian dunia. Nilai PDB-nya terbesar kedua di dunia, kemudian China juga merupakan konsumen komoditas terbesar di dunia.  

Saat perekonomiannya menunjukkan pertumbuhan, tentunya akan berdampak pada negara-negara lainnya, termasuk Indonesia. Permintaan akan komoditas juga akan meningkat, termasuk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan batu bara, yang merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia.

Kenaikan harga komoditas tersebut tentunya bisa mendongkrak kinerja saham emiten-emiten terkait.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Data dan Agenda Berikut

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular