Newsletter

China "Boom", Bisa Bawa IHSG Terbang Tinggi Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 January 2021 06:11
Bursa saham Amerika Serikat (AS)  Wall Street
Foto: Roket Long March-5 (Zhang Gaoxiang/Xinhua via AP)

Bursa saham AS (Wall Street) terkoreksi dari rekor tertinggi sepanjang masa pada pekan lalu, padahal Presiden terpilih Joseph 'Joe' Biden sudah mengumumkan rencana stimulus fiskal dengan nilai jumbo.

Melansir data Refinitiv, indeks S&P 500 sepanjang pekan lalu merosot 1,48% ke 3.768,25, turun dari rekor tertinggi sepanjang masa 3.826,69, yang dicapai pada 8 Januari lalu. Indeks Dow Jones juga menjauhi rekor yang dicapai 2 minggu lalu, setelah melemah 0,91% ke 30.814,26 pada pekan kedua Januari 2021.

Hal yang sama juga terjadi pada indeks saham teknologi, Nasdaq, pada pekan lalu merosot 1,54% ke 12.998,502, sedikit menjauh dari rekornya 13.208,09.

Kabar yang dinanti-nanti oleh berbagai pihak di AS akhirnya muncul pada Kamis lalu. Presiden terpilih Joe Biden mengumumkan rencana stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun, menjadi yang terbesar kedua sepanjang sejarah, setelah US$ 2 triliun yang digelontorkan Pemerintah AS bulan Maret 2020 di bawah Donald Trump, yang harus lengser dari jabatannya setelah kalah dalam pemilihan presiden.

Meski demikian, pengumuman dari Biden tersebut belum sanggup mendorong kenaikan Wall Street lebih lanjut. Maklum saja, kiblat bursa saham dunia ini berada di rekor tertinggi sepanjang masa, di tengah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang sedang mengganas lagi.

Selain itu, stimulus fiskal yang akan digelontorkan Biden lebih kecil dari rencana stimulus US$ 2,2 triliun yang pernah diajukan Partai Demokrat pada tahun lalu.

Selain itu, sentimen negatif datang dari kisruh politik di AS. Presiden AS, Donald Trump, dimakzulkan oleh House of Representative (DPR) AS Rabu kemarin, seminggu sebelum lengser dari jabatannya. Trump disebut telah melakukan penghasutan ke massa pendukungnya yang berbuntut pada penyerangan gedung parlemen Capitol Hill. Hal tersebut terjadi 6 Januari lalu, setelah demo besar simpatisan Trump di Washington AS.

Ini merupakan kali kedua Trump dimakzulkan oleh DPR setelah tahun 2019 lalu, dan menjadi presiden AS pertama yang mengalami hal tersebut.

Meski demikian pemakzulan tersebut tidak akan terjadi sebab, Senat AS yang dikuasai Partai Republik kemungkinan tidak akan menyetujui hal tersebut. AS menganut sistem dua kamar, sehingga sidang pemakzulan tak hanya mendapat persetujuan DPR tapi juga Senat dan sebaliknya.

Namun tetap saja dinamika politik yang terjadi di AS membuat Wall Street kesulitan melanjutkan reli.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular