Newsletter

Stay Tuned! Stimulus Rp 12.600 Triliun di AS Bentar Lagi Cair

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 December 2020 06:04
[DALAM] Neraca Dagang
Foto: Arie Pratama

Sementara itu seperti disebutkan di halaman 1, rilis data dari data neraca perdagangan Indonesia yang surplus US$ 2,62 miliarĀ menunjukkan perekonomian mulai bergeliat. Data tersebut mampu meredam pelemahan IHSG maupun rupiah, dan masih berpotensi menjadi sentimen positif hari ini.

Nilai ekspor pada November 2020 tercatat US$ 15,28 miliar. Naik 9,54% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Realisasi ini jauh lebih tinggi ketimbang ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 3,29% YoY. Sedangkan konsensus versi Reuters adalah 2,66% YoY.

Pertumbuhan ekspor yang 9,54% adalah rekor tertinggi sejak Februari 2020. Sementara dari sisi nilai, US$ 15,28 miliar adalah yang tertinggi sejak Juli 2019

Kemudian impor tercatat sebesar US$ 12,66 miliar. Turun 17,46% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Impor memang masih terkontraksi, tetapi lebih landai dibandingkan Oktober 2020 yang ambles 26,93%. Kontraksi impor 17,46% YoY adalah yang paling landai sejak Juni 2020. Dari sisi nilai, impor yang US$ 12,66 miliar jadi yang tertinggi sejak Maret 2020.

Dari sisi penggunaan barang, impor barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal masih terkontraksi masing-masing 22,02% YoY, 20,05% YoY, dan 2,85% YoY. Namun lebih baik ketimbang Oktober 2020 yang negatif masing-masing 27,88%, 47,4%, dan 24,24%.

Impor barang modal yang membaik signifikan membawa harapan bahwa dunia usaha mulai berencana ekspansi. Ini tentu akan mendorong pertumbuhan Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) alias investasi di komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB).

Neraca dagang yang sudah mencetak surplus dalam 7 bulan beruntun juga akan mampu mempertahankan transaksi berjalan (current account) tetap surplus di kuartal IV-2020.
Setelah nyaris satu dekade lamanya, transaksi berjalan Indonesia akhirnya mencatat surplus lagi di kuartal III-2020.

Kali terakhir transaksi berjalan mencatat surplus persis sembilan tahun lalu, yakni kuartal III-2011. Setelahnya, transaksi berjalan terus defisit sehingga kita terbiasa dengan istilah CAD (Current Account Deficit).

CAD menjadi "hantu" bagi perekonomian Indonesia. Kala defisit membengkak, Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga guna menarik hot money di pos transaksi modal dan finansial sehingga diharapkan dapat mengimbangi defisit transaksi berjalan. Hal tersebut menjadi penting guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Saat nilai tukar rupiah stabil, maka investor asing akan lebih nyaman berinvestasi di dalam negeri, karena risiko kerugian kurs menjadi lebih rendah.

(pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular