
Mohon Doanya, Semoga Vaksin Corona Pfizer Beredar Bulan Depan

Sentimen kedua, pelaku pasar perlu waspada karena ada kabar kurang enak dari Afrika Selatan. Dua lembaga pemeringkat (rating agency), Fitch Ratings dan Moody's Investor Services, menurunkan peringkat utang Negeri Nelson Mandela.
Fitch menurunkan peringkat utang Afrika Selatan dari BB menjadi BB- sementara Moody's memangkas dari Ba2 menjadi Ba1. Semuanya berstatus obligasi sampah (junk bond).
"Penurunan peringkat dan outlook menjadi negatif mencerminkan kenaikan utang pemerintah yang diperparah oleh pandemi virus corona. Tren pertumbuhan ekonomi rendah dan ketimpangan yang tinggi akan mempersulit upaya konsolidasi fiskal," sebut keterangan tertulis Fitch.
Fitch memperkirakan ekonomi Afrika Selatan terkontraksi (tumbuh negatif) 7,3% pada 2020. Pertumbuhan ekonomi 2021 memang bisa mencapai 4,8%, tetapi lebih karena efek basis yang rendah (low base effect). Pada 2022, pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan diperkirakan melambat ke 2,5% dan dalam jangka menengah-panjang hanya di kisaran 1,5%.
Dengan ekonomiyang tumbuh terbatas, penerimaan pajak pun tidak bisa digenjot. Akibatnya, target untuk menurunkan defisit anggaran ke 7,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun fiskal 2023/2024 akan sulit terwujud.
"Kami memperkirakan utang pemerintah akan meningkat ke 94,8% dari PDB pada tahun fiskal 2022/2023 dari 64,9% pada 2019/2020. Puncaknya akan terjadi pada 2025/2026, di mana utang pemerintah mencapai 95,3%," sebut laporan Fitch.
Apa yang terjadi di Afrika Selatan dikhawatirkan membawa sentimen negatif terhadap aset-aset keuangan di negara berkembang lainnya, termasuk Indonesia. Padahal pengelolaan utang Indonesia aman-aman saja, tetapi bisa saja kena getahnya.
