
Setelah 9 Tahun, Surpluskah Neraca Berjalan Berkat Pandemi?

Usai menjadi kesayangan pasar (market darling) ketika mengumumkan penurunan suku bunga acuan kemarin, Bank Indonesia (BI) hari ini berpeluang menjadi pusat perhatian lagi dengan rilis Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2020.
Apa pasal? Kuartal ketiga ini kita kemungkinan akan melihat surplus transaksi berjalan (current account surplus/CAS) untuk pertama kalinya sejak tahun 2011, meski dalam skala terbatas yang kemungkinan tidak bakal cukup untuk membawa posisi akhir tahun berada di angka surplus.
Gubernur BI Perry Warjiyo kepada pers pda 19 Oktober lalu mengatakan bahwa surplus neraca transaksi berjalan ini dipengaruhi perbaikan dari sisi ekspor dan penyesuaian impor, sejalan dengan permintaan domestik yang kuat.
Transaksi berjalan merupakan satu dari dua komponen pembentuk NPI, dengan transaksi modal/finansial menjadi komponen lainnya. Transaksi berjalan dibentuk dari neraca perdagangan dan neraca jasa. Transaksi berjalan sudah mengalami defisit sejak kuartal IV-2011, sehingga membuat rupiah "terdiskon" dibandingkan dengan mata uang negara lain.
Terakhir, NPI kuartal II-2020 mencatat surplus US$ 9,2 miliar, berbalik dari kuartal sebelumnya yang defisit US$ 8,5 miliar. Sementara itu, transaksi berjalan mencatatkan defisit sebesar US$ 2,9 miliar atau 1,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Jika terbukti neraca berjalan kuartal ketiga ini mencatatkan surplus, Mata Uang Garuda pun berpeluang balik menguat setelah kemarin tertekan oleh sentimen penurunan suku bunga acuan. Investor asing pun berpeluang melirik aset portofolio di Indonesia karena gerusan kurs terhadap nilai aset tersebut mengecil.
Bagi investor saham, surplus neraca berjalan ini menjanjikan prospek positif secara fundamental bagi emiten farmasi, teknologi, dan manufaktur yang mayoritas bahan baku atau belanja modalnya adalah impor. Penguatan rupiah bakal memicu penurunan biaya operasi mereka.
Namun, peluang surplus transaksi berjalan tersebut masih dibayangi faktor capital outflow sepanjang kuartal lalu, yang membuat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2020 anjlok nyaris US$ 2 miliar secara bulanan) menjadi sebesar US$ 135,2 miliar.
(ags/ags)