Newsletter

Biden 2 Langkah Lagi Jadi Presiden AS, Indonesia Sah Resesi!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 November 2020 06:05
Ilustrasi Resesi Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Resesi Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) kuartal III-2020 pada pukul 11:00 WIB. Setelah mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 5,32% year-on-year (YoY), di kuartal III-2020 juga diprediksi mengalami hal yang sama. Sehingga Indonesia disahkan mengalami resesi hari ini, tetapi seberapa besar kontraksi ekonomi yang masih menjadi misteri.

Secara umum, suatu negara dikatakan mengalami resesi jika mengalami kontraksi PDB dalam dua kuartal beruntun secara year-on-year.

Kementerian Keuangan memproyeksikan PDB kuartal III-2020 antara minus 2,9% hingga minus 1%.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berbicara di depan jajaran menteri dalam sidang kabinet paripurna, Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 akan berkisar minus 3%.

"Perkiraan kita di angka minus 3% naik sedikit," kata Jokowi di Istana Negara, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/11/2020).

Sementara itu, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan PDB Ibu Pertiwi tumbuh -3,13% YoY pada periode Juli-September 2020.

Kemudian secara kuartalan (quarter-to-quarter/QtQ), PDB diperkirakan tumbuh positif pada kuartal III-2020. Bahkan cukup tinggi yaitu mencapai 5,6%.

Jika terwujud, maka akan menjadi pertumbuhan pertama dalam tiga kuartal terakhir. Tidak cuma itu, pertumbuhan 5,6% juga akan menjadi yang tertinggi sejak kuartal III-1997.
Artinya, perekonomian di kuartal III-2020 sudah mulai pulih, lebih baik kuartal II-2020 lalu.

Pelaku pasar sudah memaklumi terjadinya resesi, sebab banyak negara mengalaminya. Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) memaksa pemerintah untuk melakukan pembatasan aktivitas warganya hingga karantina (lockdown) guna meredam penyebarannya, Sektor ekonomi dikorbankan demi kesehatan, tetapi seiring berjalannya waktu ekonomi dan kesehatan mulai berjalan beriringan.

Melihat prediksi pemerintah, dan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia, kontraksi PDB sekitar 3% bisa dijadikan acuan, jika jauh lebih buruk dari itu, pasar bisa merespon negatif. Artinya pemulihan ekonomi berjalan lebih lambat dari perkiraan, dan peluang untuk bangkit di penghujung tahun ini menjadi terhambat.

Sebaliknya, jika jauh lebih baik dari minus 3%, pasar berpotensi merespon positif.

Tanda-tanda pemulihan ekonomi di kuartal IV-2020 mulai terlihat. Pada Oktober, yang merupakan bulan pertama kuartal IV, aktivitas manufaktur Indonesia membaik yang dicerminkan dari angka purchasing managers' index (PMI).

IHS Markit melaporkan skor PMI manufaktur Indonesia pada Oktober adalah 47,8. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 47,2.

Meski naik, tetapi PMI yang di bawah 50 menandakan dunia usaha masih belum melakukan ekspansi. Malah yang terjadi adalah kontraksi.

Di bulan November, sektor manufaktur berpeluang kembali berekspansi, sebab Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta sudah dilonggarkan. Meski pemulihan diprediksi akan berjalan lambat.

"Dampak pelonggaran PSBB pada pertengahan Oktober akan terlihat pada November. Namun dengan ketidakpastian ke mana kurva kasus corona akan mengarah, perbaikan selanjutnya akan sangat tergantung dari kehadiran vaksin anti-virus corona. Sepanjang masih belum ada kepastian, aktivitas ekonomi masih akan lambat dalam beberapa bulan ke depan," papar Bernard Aw, Principal Economist HIS Markit, seperti dikutip dari siara tertulis.

Sektor manufaktur adalah penyumbang utama PDB dari sisi lapangan usaha, oleh karena itu kembali berekspansinya sektor manufaktur akan memberikan dampak yang signifikan ke PDB.

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular