Newsletter

Kabar Baik Stimulus AS, IHSG Bakal Perkasa Nih?

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
21 October 2020 06:20
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia  Anjlok
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kembali ditutup bervariatif pada perdagangan Selasa (20/10/2020) kemarin. Nilai tukar rupiah dan harga obligasi pemerintah sama-sama menguat, tetapi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah.

Kemarin, IHSG ditutup melemah 0,52% di level 5.099,84, setelah sehari sebelumnya, IHSG ditutup menguat.

Bursa Asia ditutup bervariatif pada perdagangan Selasa (20/10/2020) kemarin. Tercatat 5 indeks saham melemah dan 6 indeks saham menguat.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat, meski sepanjang hari kemarin, rupiah mengalami pelemahan. Tidak sekadar menguat, rupiah juga menjadi juara alias mata uang dengan kinerja terbaik di Asia.

Mayoritas, mata uang asia tidak kuat melawan dolar AS pada kemarin, hanya 5 dari 11 mata uang asia yang kuat melawan dolar AS, termasuk rupiah.

Kemudian harga obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) pada perdagangan kemarin mayoritas ditutup menguat, ditandai dengan imbal hasil (yield) yang turun, kecuali SBN berjangka pendek 1 tahun dan 3 tahun yang justru mengalami pelemahan harga dan kenaikan yield.

Pasar keuangan dalam negeri terpengaruh dengan sentimen negatif yang datang terkait lonjakan kasus virus corona (Covid-19) di Eropa.

Reuters melaporkan bahwa jumlah infeksi harian mencapai level tertingginya di Eropa pada Senin. Investor juga memantau perkembangan politik di AS yang bakal menentukan batas akhir kesepakatan stimulus fiskal.

Sebelumnya, Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan bahwa ia akan terus mendorong agar stimulus tersebut bisa tercapai sebelum pemilihan dan Selasa ini adalah batas waktunya.

Pelosi dan Menteri Keuangan Steve Mnuchin "terus mempersempit perbedaan mereka" dalam percakapan pada Senin dan Pelosi berharap bahwa pada Selasa akan ada "kejelasan" tentang apakah stimulus dimungkinkan sebelum pemilihan presiden pada 3 November 2020 mendatang.

"Kabar stimulus yang maju-mundur diperparah dengan memburuknya tren kasus virus corona dan ketidakpastian menjelang pemilu tentunya mengkhawatirkan pasar," kata Mona Mahajan, Ahli Strategi Investasi AS, Allianz Global Investors, New York.

Bursa saham Amerika Serikat, Wall Street, ditutup  menguat lebih tinggi pada Selasa (20/10/2020), seiring dari optimisme pelaku pasar terkait dengan kabar baik dari stimulus, dimana parlemen kini sudah dekat dengan kesepakatan tersebut.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,39% atau 110,96 poin ke level 28.308,49, kemudian S&P 500 yang melesat 0,47% atau 16,13 poin ke 3.443,14, dan Nasdaq Composite yang naik 0,33% atau 37,61 poin ke 11.516,49.

Kenaikan S&P 500 ditopang oleh sektor industri, keuangan, dan sektor konsumen yang diskresi.

Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan bahwa dia berharap kesepakatan stimulus corona dapat dicapai pada akhir pekan ini, setelah Pelosi berbicara dengan Menteri Keuangan Steven Mnuchin tentang kesepakatan stimulus.

"Saya pikir tidak peduli siapa yang terpilih, kami akan mendapatkan stimulus," kata Brian Reynolds, kepala ahli strategi pasar, di Reynolds Strategy.

"Kabar utama ini bersifat jangka pendek. Akhirnya, mereka akan berkumpul dan menghasilkan lebih banyak stimulus bagi perekonomian karena semua sektor yang terdampak sangat membutuhkannya," tambahnya.

Sebelumnya, ketidakpastian atas paket stimulus corona membebani indeks utama Wall Street pada hari Senin dan analis memperkirakan ketidakseimbangan pasar akan meningkat di dua minggu terakhir jelang pemilihan presiden AS.

Sementara itu, Departemen Kehakiman AS dari 11 negara bagian, mengajukan gugatan antitrust terhadap Google Alphabet Inc karena diduga melanggar hukum dalam menggunakan kekuatan pasarnya untuk menangkis persaingan. Saham Alphabet ditutup menguat 1,4%.

"Ini seperti pepatah mengunci pintu setelah kuda itu melesat," kata Neil Campling, Head of Riset TMT Mirabaud Securities di London.

Sementara itu, musim pendapatan kuartal ketiga telah mengumpulkan momentum. Dari 66 perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan keuangannya, 86,4% telah berhasil mencapai puncak ekspektasi, seperti yang dijelaskan melalui data di Refinitiv.

Perusahaan asuransi properti dan, Travelers Cos Inc tumbuh 5,6%, melebihi ekspektasi pasar, sementara perusahaan raksasa produk konsumen, Procter & Gamble Co naik 0,4% melebihi kenaikan penjualan setahun penuh dan perkiraan pendapatan

Sedangkan, Netflix Inc turun hampir 6%, setelah perusahaan melaporkan laba pada kuartal ketiga, meleset dari ekspektasi pasar, ditengah meningkatnya persaingan dalam tayangan streaming olahraga yang kembali ditayangkan di televisi.

Untuk perdagangan hari ini, investor patut menyimak sejumlah sentimen yang bisa menjadi penggerak pasar.

Pertama tentunya sentimen dari bursa Wall Street yang kemungkinan tumbuh positif akibat kesepakatan stimulus yang mulai tercapai.

Ketua DPR Nancy Pelosi berharap kesepakatan stimulus corona dapat dicapai pada akhir pekan ini, setelah Pelosi berbicara dengan Menteri Keuangan Steven Mnuchin tentang kesepakatan stimulus.

Kedua, terkait dari rilis beberapa data ekonomi di Inggris, seperti data inflasi, data indeks harga produsen, dan data indeks harga eceran.

Selain Inggris, data ekonomi yang akan dirilis pada hari ini adalah data indeks harga produsen di Korea Selatan.

Pasar juga menanti terkait pidato presiden bank sentral eropa (Europe Central Bank/ECB), Christine Lagarde. Selain ECB, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) juga akan menggelar pidatonya pada hari ini.

Ketiga, kabar dari perkembangan terbaru vaksin anti-corona, dimana vaksin dari Moderna bakal tersedia untuk penggunaan darurat pada Desember jika uji awal berujung pada hasil positif November ini.

Di dalam negeri, sentimen yang datang adalah masih terkait 1 tahun kepemimpinan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1.       Rilis data indeks harga produsen Korea Selatan secara bulanan dan tahunan (04:00)
  2.       Pidato Bank of Japan (BoJ) (08:30 WIB)
  3.       Rilis data inflasi Inggris (13:00 WIB)
  4.       Rilis data inflasi inti Inggris (13:00 WIB)
  5.       Rilis data indeks harga produsen Inggris (13:00 WIB)
  6.       Rilis data indeks harga eceran Inggris (13:00 WIB)
  7.       Pidato ECB Christine Lagarde (14:30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY)

-5,32%

Inflasi (September 2020 YoY)

1,42%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Oktober 2020)

4%

Defisit Anggaran (APBN 2020)

-6,34% PDB

Transaksi berjalan (kuartal II-2020)

-1,18% PDB

Neraca pembayaran (kuartal II-2020)

US$ 9,24 miliar

Cadangan devisa (September 2020)

US$ 135,15 miliar

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular