
Tunggu Arahan dari MH Thamrin, Bisakah IHSG & Rupiah Perkasa?

Beralih ke Wall Street, tiga indeks utama ditutup menguat, bahkan lumayan tajam. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,88%, S&P 500 melesat 1,64%, dan Nasdaq Composite meroket 2,56%.
Kabar soal stimulus fiskal di AS masih menjadi sentimen utama yang mendorong bursa saham New York. Kini kembali muncul harapan Gedung Putih dan Capitol Hill bisa menemukan kata sepakat.
Pemerintah berencana menambah nilai paket stimulus dengan memasukkan sisa dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang tidak terpakai. Jumlahnya sekitar US$ 130 miliar. Namun penggunaan dana ini perlu persetujuan Kongres, terutama dari kubu Demokrat.
Pemerintah berharap pihak Demokrat di Kongres mau bekerja sama dengan menurunkan ekspektasi nilai paket stimulus. "Pendekatan semua atau tidak sama sekali bukan sebuah pilihan yang dapat diterima oleh rakyat AS," tegas surat yang ditulis Mnuchin dan Meadows kepada Pelosi dan Chuck Schumer (Pimpinan Demokrat di Senat), seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, sepertinya pelaku pasar mulai mengambil posisi karena sepertinya peluang kemenangan Joseph 'Joe' Biden dalam pemilihan presiden (pilpres) AS semakin besar. Jajak pendapat yang digelar Reuters dan Ipsos per 6 Oktober menunjukkan, 44,2% calon pemilih akan memberikan suara bagi Biden jika pilpres dilakukan sekarang. Suara yang memilih sang petahana Donald Trump hanya 37,1%.
Pelaku pasar melihat ada satu kebijakan Biden yang bakal mencolok dibandingkan Trump, yaitu dalam hal perdagangan. Saat Biden, kemungkinan, jadi presiden Negeri Adidaya, maka perang dagang dengan berbagai negara (terutama China) akan selesai.
Jadi satu risiko besar di perekonomian dunia, yaitu perang dagang, bisa dicoret dari daftar. Ekonomi pun bisa lebih stabil.
(aji/aji)