
Anies Restui Restoran Hingga Bioskop Buka! Cuan, Cuan, Cuan?

Beralih ke Wall Street, tiga indeks utama di bursa saham New York menguat tajam minggu lalu. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 3,27% secara point-to-point, S&P 500 melesat 3,8%, dan Nasdaq Composite meroket 4,6%. Nasdaq membukukan kenaikan mingguan tertinggi sejak Juli.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, investor bersemangat setelah Gedung Putih kembali bersedia membahas paket stimulus dengan Capitol Hill. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin bahkan sudah mengirimkan proposal terbaru pada Jumat siang waktu Washington.
Pemerintah AS kini mengajukan paket stimulus bernilai US$ 1,8 triliun, naik ketimbang proposal sebelumnya yakni US$ 1,6 triliun. Pekan ini, Mnuchin dan Pelosi akan melanjutkan pembicaraan.
"Kami ingin berprasangka bahwa Ketua House punya itikad bak sehingga kita bisa mencapai kemajuan dalam waktu dekat," ujar Alyssa Farah, Juru Bicara Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, sepertinya pelaku pasar mulai mengambil posisi karena peluang kemenangan Joseph 'Joe' Biden dalam pemilihan presiden (pilpres) AS semakin besar. Jajak pendapat yang digelar Reuters dan Ipsos per 6 Oktober menunjukkan, 44,2% calon pemilih akan memberikan suara bagi Biden jika pilpres dilakukan sekarang. Suara yang memilih Trump hanya 37,1%.
"Setiap kali angka polling untuk Biden naik, begitu pula investasi di pasar modal," ujar Robert Phipps, Direktur Per Stirling Capital yang berbasis di Texas, sebagaimana diwartakan Reuters.
Pelaku pasar melihat ada satu kebijakan Biden yang bakal mencolok dibandingkan Trump, yaitu dalam hal perdagangan. Saat Biden, kemungkinan, jadi presiden Negeri Adidaya, maka perang dagang dengan berbagai negara (terutama China) akan selesai.
Jadi satu risiko besar di perekonomian dunia, yaitu perang dagang, bisa dicoret dari daftar. Ekonomi pun bisa lebih stabil.
(aji/aji)