Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (30/9/20) berhasil rebound memangkas koreksinya setelah ditutup 'hanya' terkoreksi 0,19% di angka 4.870,03. Diketahui IHSG sempat anjlok parah 0,77% setelah debat kepresidenan Amerika Serikat (AS)
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 626 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 7 triliun.
Senasib dengan IHSG yang berhasil rebound, Nilai tukar rupiah juga akhirnya menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (30/9/2020), setelah nyaris sepanjang perdagangan berada di zona merah.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,13% di level Rp 14.825/US$, tetapi tidak lama rupiah langsung melemah hingga 0,26% ke Rp 14.884/US$.
Setelahnya, rupiah mampu menipiskan pelemahan dan berada di level Rp 14.850/US$ nyaris sepanjang perdagangan. Beberapa saat sebelum penutupan, rupiah akhirnya mampu menguat tipis 0,03% di Rp 14.840/US$.
Kabar buruk datang dari Amerika Serikat (AS), setelah Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan negara bagian kembali memperlihatkan tren kenaikan angka kasus positif dari jumlah tes yang mencapai angka 3%, pertama kali dalam sebulan terakhir.
Di sisi lain, prospek perang dagang kian panas setelah Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) mengizinkan Uni Eropa memberlakukan tarif pada barang-barang AS senilai US$ 4 miliar sebagai balasan atas subsidi pembuat pesawat asal AS, Boeing Co.
Penaikan tarif tersebut memperburuk prospek perekonomian dunia karena berujung pada peningkatan biaya dalam supply-chain kedua negara, tatkala perang dagang AS-China kian memanas karena AS mengabaikan keputusan WTO dan ngotot berperang tarif lawan China.
"WTO sama sekali tidak memadai untuk menghentikan praktik teknologi berbahaya China," kata Perwakilan Dagang Robert Lighthizer, sebagaimana ditulis Reuters.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru saja menyelesaikan debatnya dengan calon presiden partai demokrat Joe Biden. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh kedua belah pihak untuk saling serang. Selama 90 menit debat kepresidenan yang akan dilangsungkan 3 kali tersebut, kedua calon presiden terus menerus menyela satu sama lain.
Perdebatan sengit kedua calon mulai dari penanganan kasus corona, Calon Hakim Agung, perekonomian, hingga saling serang hal-hal yang tidak berhubungan dengan debat seperti keluarga masing-masing calon.
Ketidakjelasan debat pertama ini membuat para pelaku pasar galau sebab, tentu saja investor berharap debat ini akan mempercerah siapa kira-kira kandidat presiden AS selanjutnya, sehingga pasar tidak perlu berlama-lama menunggu hasil pemilihan elektoral.
Untuk Obligasi sendiri, mayoritas harga obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) pada Rabu (30/9/2020) ditutup menguat, kecuali SBN tenor 5 tahun yang melemah dan SBN tenor 30 tahun yang stagnan.
Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami pelemahan yield, tetapi tidak untuk SBN tenor 5 tahun yang mencatatkan penguatan yield 0,9 basis poin ke level 5,753% dan SBN berjatuh tempo 30 tahun yang yield-nya cenderung stagnan di level 7,458%.
Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara melemah 4,5 basis poin ke level 6,930% pada hari ini.
Beralih ke bursa efek acuan dunia negeri Paman Sam, Wall Street ditutup terbang pada penutupan dini hari tadi (10/1/20). Dow Jones terapresiasi 1,20%, S&P 200 turun0,82%, sedangkan Nasdaq anjlok 0,74% setelah keyakinan para investor kembali muncul akan harapan stimulus yang sedang dinegosiasikan sebesar US$ 2,2 triliun.
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Steve Mnuchin kembali mengulas pembahasan paket stimulus meskipun dirinya memang mengakui belum terdapat titik temu dengan juru bicada House of Representative, Nancy Pelosi mengenai paket stimulus tersebut.
Sebelum melanjutkan negosiasinya dengan Pelosi, sang Menteri Keuangan berujar pada CNBC International bahwa dirinya juga berharap untuk meluruskan jalan stimulus tersebut.
"Saya bilang kita akan mencoba lagi lebih serius untuk menyelesaikan ini dan saya pikir ada harapan bahwa kita bisa menuntaskannya... ada alasan untuk berkompromi di sini," ujar Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dalam forum yang digelar CNBC International.
Berita ini berhasil membuat para investor optimis terhadap saham-saham yang tentunya berkaitan dengan pemulihan ekonomi seperti saham sektor maskapai penerbangan juga menjadi salah satu sektor yang sangat terdampak parah oleh pandemi.
Dengan disetujuinya anggaran paket bantuan sebesar 2,4 juta US$ ini akan memberikan bantuan subsidi pengangguran, suntukan dana langsung ke rumah tangga, hutang kepada bisnis-bisnis kecil, dan bantuan terhadap sektor penerbangan yang terpukul parah pasca diserang pandemi Covid-19.
Saham-saham perbankan besar sendiri melesat karena optimisme akan terjadinya deal dalam waktu dekat. Citigroup melesat 1% sedangkan sektor maskapai penerbangan sertat sektor turisme juga sumringah. United Airlines berhasil naik 0,5% sedangkan Norwegian Cruise terbang 3%.
Fokus para pelaku pasar terutama dari bursa lokal akan condong ke arah berhasil menghijaunya Wall Street yang tentunya berkemungkinan menyeberang benua ke bursa lokal, sebab bursa-bursa utama di Asia terutama Asia Timur akan ditutup menyusul perayaan Festival pertengahan musim gugur yang diidentikkan dengan mengkonsumsi kue bulan di negara-negara Benua Kuning seperti China, Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan.
Selanjutnya indikator ekonomi dari Paman Sam juga menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi AS sudah di depan mata, pertama mengenai ketenagakerjaan dimana sektor privat berhasil menyumbang 749 ribu pembukaan lapangan kerja baru pada bulan September jauh lebih tinggi daripada konsensus yang hanya menargetkan pembukaan 600 ribu lapangan kerja.
Sedangkan dari sektor manufaktur, angka PMI Chicago berhasil loncat dari posisi bulan lalu 51,2 menjadi 62,4 lagi-lagi jauh lebih baik daripada estimasi konsensus di angka 52. Angka PMI di atas 50 ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur sudah kembali berekspansi.
Selanjutnya sentimen lokal yang mampu mengangkat IHSG diantaranya adalah kabar mengenai Himpunan Bank negara (Himbara) yang kembali mendapatkan dana tambahan sebesar Rp 17,5 triliun setelah sebelumnya telah ditempatkan dana Rp 30 triliun pada tahap I. Hal ini bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Secara rinci, dengan tambahan penempatan dana sebesar Rp 17,5 triliun tersebut diberikan kepada Bank Mandiri Rp 5 triliun,BRI Rp 5 triliun, BTN Rp 5 triliun, sehingga total Rp 15 triliun, sedangkan BNI Rp 2,5 triliun.
Diketahui perbankan besar menjadi tulang punggung indeks acuan nasional IHSG sehingga apabila perbankan menghijau maka kemungkinan besar IHSG akan menghijau pula. Apalagi setelah kemarin melemah karena buruknya sentimen global, dengan cakepnya sentimen global hari ini sepertinya tidak ada lagi alasan bagi sektor perbankan RI untuk melemah pada perdagangan hari ini.
Selain itu sejumlah data juga akan dirilis dari dalam negeri yakni angka PMI Manufaktur yang diprediksikan turun dari angka 50.8 menjadi 47,5, Indeks keyakinan bisnis kuartal dua yang juga diprediksikan turun dari 102,9 menjadi 95, kabar baiknya setelah terjadi deflasi selama dua bulan berturut-turut yang menunjukkan lemahnya daya beli masyarakat hari ini akan dirilis data tingkat inflasi di Indonesia yang diprediksikan akan mengalami inflasi 0,1%.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- PMI Manufaktur Australia Bulan September (6:00 WIB)
- Ekspor dan Impor Korea Selatan Bulan September (7:00 WIB)
- PMI Manufaktur Indonesia Bulan September (7:30 WIB)
- Inflasi Indonesia Bulan September (11:00 WIB)
- Indeks Keyakinan Bisnis Indonesia Kuartal Kedua (11:00 WIB)
- PMI Manufaktur Russia Bulan September (13:00 WIB
- PMI Manufaktur Spanyol Bulan September (14:15 WIB)
- PMI Manufaktur Italia Bulan September (14:45 WIB)
- PMI Manufaktur Perancis Bulan September (14:50 WIB)
- PMI Manufaktur Jerman Bulan September (14:55 WIB)
- PMI Manufaktur Uni Eropa Bulan September (15:00 WIB)
- PMI Manufaktur Britania Raya Bulan September (15:30 WIB)
- PMI Manufaktur Amerika Serikat Bulan September (20:45 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY) | -5,32% |
Inflasi (Agustus 2020 YoY) | 1,32% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Agustus 2020) | 4% |
Defisit anggaran (APBN 2020) | -6,34% PDB |
Transaksi berjalan (kuartal II-2020) | -1,18% PDB |
Neraca pembayaran (kuartal II-2020) | US$ 9,24 miliar |
Cadangan devisa (Agustus 2020) | US$ 137,04 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA