Gara-gara Debat Pilpres AS, Bursa Asia Ditutup Memerah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
30 September 2020 17:17
Investors look at computer screens showing stock information at a brokerage house in Shanghai, China September 7, 2018. REUTERS/Aly Song
Foto: Bursa China (Reuters/Aly Song)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan bursa saham di kawasan Asia pada Rabu (30/9/2020) terpaksa ditutup di zona merah akibat dari reaksi pelaku pasar terhadap debat kandidat presiden Amerika Serikat (AS) yang mengindikasikan bahwa eskalasi politik bakal tinggi.

Tercatat, indeks Nikkei Jepang anjlok 1,50% Hang Seng Hong Kong menguat 0,79%, indeks Shanghai di China melemah 0,20%, STI Singapura terdepresiasi 0,20%.

Sedangkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini ditutup terkoreksi 0,19% di level 4.870,03. Namun, koreksi IHSG di penutupan tidak separah pada sesi 1 perdagangan hari ini yang sempat terkoreksi cukup dalam 0,77%.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 626 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 7 triliun.

Bursa saham Asia terpengaruh dari debat perdana antara petahana Presiden AS Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden yang telah berlangsung pada Selasa malam (30/9/2020) waktu AS.

Perdebatan sengit kedua calon mulai dari penanganan kasus corona (Covid-19), calon Hakim Agung, perekonomian, hingga saling serang hal-hal yang tidak berhubungan dengan debat seperti keluarga masing-masing calon.

Ketidakjelasan debat pertama ini membuat para pelaku pasar galau sebab, tentu saja investor berharap debat ini akan mempercerah siapa kira-kira kandidat presiden AS selanjutnya, sehingga pasar tidak perlu berlama-lama menunggu hasil pemilihan elektoral.

Selain itu, prospek perang dagang kian panas setelah Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) mengizinkan Uni Eropa memberlakukan tarif pada barang-barang AS senilai US$ 4 miliar sebagai balasan atas subsidi pembuat pesawat asal AS, Boeing Co.

Penarikan tarif tersebut memperburuk prospek perekonomian dunia karena berujung pada peningkatan biaya dalam supply-chain kedua negara, tatkala perang dagang AS-China kian memanas karena AS mengabaikan keputusan WTO dan ngotot berperang tarif lawan China.

"WTO sama sekali tidak memadai untuk menghentikan praktik teknologi berbahaya China," kata Perwakilan Dagang Robert Lighthizer, sebagaimana ditulis Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street 'Girang', Bursa Asia Hijau! Shanghai Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular